Anak-anak pengungsi Suriah tubuhnya diselimuti oleh debu saat tiba di perbatasan Trabeel, setelah mencoba menyebrangi ke wilayah Yordania bersama sejumlah keluarganya dengan menaiki sebuah truk di kota Ruwaished, Yordania, 10 September 2015. Negara timur tengah sedang dilanda Badai pasir. REUTERS
TEMPO.CO, New York - Badan Dana Anak-Anak PBB (Unicef) pada Selasa, 15 September 2015, menyatakan konflik, kerusuhan, dan pengungsian yang terjadi di Suriah telah membuat lebih dari dua juta anak di negeri itu tak bisa kembali ke sekolah.
Selain itu, tak kurang dari 400 ribu lainnya menghadapi risiko putus sekolah. Saat konflik di Suriah kini memasuki tahun kelima, sebagian anak di negeri tersebut tak pernah tahu bagaimana rasanya berada di dalam kelas, sedangkan yang lain telah kehilangan waktu belajar mereka untuk tahun keempat, kata badan PBB itu dalam satu siaran pers.
"Layanan dasar masyarakat Suriah --termasuk pendidikan-- telah meregang sampai batas maksimal," kata Hanaa Singer, Wakil Unicef di Suriah, sebagaimana dikutip Xinhua. "Kami perlu berbuat jauh lebih banyak lagi guna membantu lembaga pendidikan agar tidak ambruk dan meningkatkan kesempatan buat anak-anak memperoleh akses pendidikan di seluruh negeri itu."
Bangunan sekolah juga banyak yang hancur konflik tersebut. Sebanyak 5 ribu di antaranya tak bisa digunakan sebab gedung itu telah hancur, diubah jadi tempat penampungan buat keluarga yang kehilangan rumah, atau digunakan sebagai pangkalan buat Angkatan Bersenjata, kata sumber Unicef.
Seringkali, sekolah dan wilayah sekitarnya tidak aman, berbahaya untuk didatangi anak-anak, dan terancam jadi sasaran serangan. Untuk menjalani ujian pada musim panas lalu, sedikitnya 20 persen anak Suriah dipaksa menyeberangi jalur berbahaya. ( Lihat videoPengungsi Suriah Pilih Migrasi ke Uni Eropa. Kenapa? )
Unicef bekerja sama dengan mitra lokal untuk menjangkau tiga juta anak, dan telah melaksanakan program pendidikan informal guna mengurangi jumlah anak yang tak bisa bersekolah. Badan PBB tersebut juga mencetak buku bacaan secara lokal serta membagikannya kepada siswa.
"Anak-anak Suriah meminta diajar dan kembali ke sekolah sebab mereka sangat merindukan masa depan yang lebih baik," kata Singer. "Kita semua harus menanam modal pada anak-anak Suriah sebab mereka adalah masa depan Suriah dan mereka akan membantu membangun kembali negara mereka ketika perdamaian kembali."
Dalam "No Lost Generation Initiative", Unicef memulai program belajar-mandiri untuk menjangkau 500 ribu anak yang kehilangan pelajaran selama bertahun-tahun. Satu program percepatan juga ditujukan untuk membantu 200 ribu anak mengejar ketinggalan pelajaran mereka dan akhirnya bergabung lagi dalam pendidikan formal.
Unicef juga memperbaiki sekolah yang rusak dan menciptakan ruang kelas rakitan untuk menampung sebanyak 300 ribu anak lagi.Unicef memerlukan 68 juta dolar AS sampai akhir tahun ini. Sebanyak 12 juta dolar di antaranya sangat diperlukan untuk terus menanggapi kebutuhan pendidikan anak-anak.