Ribuan Pekerja Myanmar di Luar Negeri Terancam Tidak Memilih

Reporter

Selasa, 8 September 2015 16:04 WIB

Aung San Suu Kyi saat berkampanye di kota Hsiseng, Myanmar, 5 September 2015. Undang-undang juga melarang calon presiden berasal dari orang yang memiliki pasangan atau anak warga negara asing. Hal itu sangat terlihat ada indikasi mencegah Aung San Suu Kyi, menjadi presiden. Almarhum suami Suu Kyi adalah pria Inggris. REUTERS/Soe Zeya Tun

TEMPO.CO, Jakarta - Ribuan warga Myanmar yang bekerja di luar negeri terancam tidak ikut berpartisipasi dalam pemilihan umum bebas pertama sejak berakhirnya kekuasaan militer.

Pekerja dan aktivis menyalahkan birokrasi, ketidakpastian batas waktu, dan kurangnya dokumentasi. Ditambah lagi dengan ketidakseriusan kedutaan Myanmar dalam mensosialisasikan pemilu kepada pemilih potensial di luar negeri. Adapun jumlah pekerja Myanmar di luar negeri sekitar 2 juta.

Dilansir dari laman Trust.org, 8 September 2015, para pemilih di luar negeri kemungkinan besar tidak mendukung pemerintah yang berkuasa saat ini—militer Uni Solidaritas dan Partai Pembangunan. Sebab, sebagian besar dari mereka melarikan diri dari pemerintahan militer.

Aturan mengharuskan para pekerja di luar negeri menyediakan berbagai dokumen resmi saat memverifikasi hak untuk memilih, termasuk salinan cetak dari daftar pemilih, dari tempat tinggal mereka di Myanmar—yang oleh aktivis dikatakan hampir tidak mungkin diperoleh sebagian besar buruh.

"Ini lebih mudah diucapkan daripada dilakukan untuk mendapatkan salinan daftar pemilih tepat waktu," kata David Than, seorang insinyur Myanmar yang bekerja di Singapura, kepada Reuters melalui telepon.

Trust.org kemudian melaporkan bahwa paspor juga diperlukan untuk mendaftar sebagai pemilih. "Banyak pekerja di sini paspornya diambil dan disimpan oleh majikan mereka," ujar Kyaw Thein, seorang aktivis pejuang hak-hak pekerja Myanmar di Thailand.

Saat ini kurang dari 19 ribu pemilih di luar negeri tengah berupaya mendaftar sebelum batas waktu. Kementerian Luar Negeri menetapkan batas waktu pendaftaran hingga akhir Agustus, sementara Komisi Pemilihan Umum menyatakan bahwa tenggat waktu itu tentatif dan mereka akan menyampaikan kebijakan pembatasan waktu tanpa memberikan kepastian.

Warga Myanmar yang mendaftar di luar negeri dijadwalkan akan memberikan suara pada 17 Oktober 2015. Jutaan warga Myanmar mengungsi karena kemiskinan, pelecehan, dan perang di negara itu selama 49 tahun.

Sejak 2011, pemerintah semi-sipil Presiden Thein Sein telah memperkenalkan reformasi dan membuka akses ekonomi, mendorong beberapa pekerja untuk kembali. Namun jutaan pekerja tetap berada di luar negeri—sebagian besar bekerja di perkebunan, restoran, dan menjadi pekerja pabrik garmen di Thailand.

TRUST.ORG | MECHOS DE LAROCHA


Berita terkait

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi

Baca Selengkapnya

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.

Baca Selengkapnya

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.

Baca Selengkapnya

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.

Baca Selengkapnya

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.

Baca Selengkapnya

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.

Baca Selengkapnya