Warga berdoa di depan patung perunggu Kim Il Sung dan Kim Jong Il saat perayaan ke-62 berakhirnya perang Korea di Munsu Hill, Pyongyang, Korea Utara, 27 Juli 2015. Perang ini dimulai setelah Korea Utara menyerang Korea Selatan dengan melintasi batas dua daerah. AP/Wong Maye-E
TEMPO.CO, Pyongyang - Korea Utara siap melepaskan zona waktu warisan penjajahan Jepang dan akan menetapkan zona waktunya sendiri terhitung sejak pekan depan. Zona waktu yang direncanakan lebih cepat 30 menit itu mulai berlaku pada 15 Agustus 2015, tepat saat peringatan 70 tahun pembebasan Korea dari kekuasaan Jepang pada akhir Perang Dunia II.
Kantor berita resmi pemerintah KCNA, mengumumkan hal itu, Jumat, 7 Agustus 2015, dengan memberi judul pembentukan "waktu Pyongyang" membasmi warisan. "Imperialis Jepang melakukan kejahatan tak terampunkan seperti merampas Korea. Bahkan standar waktu tanpa ampun menginjak-injak kebudayaan asli Korea," kata kantor KCNA.
Korea Utara dan Selatan serta Jepang memiliki zona waktu sama, yakni berselisih sembilan jam dengan GMT. Penerapan ini dimulai sejak penjajahan Jepang atas Korea pada 1910-1945. "Korut tampaknya ingin memperkuat kepemimpinan Kim Jong-un yang anti-Jepang dan sentimen nasionalistik," kata Yang Moo-jin, profesor Universitas Studi Korea Utara di Seoul.
Banyak orang Korea, terutama orang tua, di kedua sisi perbatasan masih menaruh kebencian yang mendalam terhadap Jepang. Ratusan ribu warga Korea dipaksa berperang sebagai tentara di garis depan, bekerja dalam kondisi kerja paksa, atau berfungsi sebagai pelacur di rumah bordil yang dioperasikan oleh militer Jepang selama perang.
Perubahan itu tidak diikuti Korea Selatan yang lebih memilih zona waktu yang sama dengan Jepang karena lebih praktis dan sesuai praktek internasional. Kementerian Unifikasi Seoul mengatakan tindakan Korea Utara bisa membawa gangguan kecil di kompleks industri di kota perbatasan Korea Utara Kaesong dan urusan antar-Korea lainnya.
Juru bicara Kementerian Unifikasi, Jeong Joon-Hee, seperti yang dikutip Jumat, 7 Agustus 2015, mengatakan zona waktu baru yang diterapkan Korea Utara juga bisa menghambat upaya untuk mempersempit perbedaan antara kedua Korea di tengah hubungan yang tak harmonis kedua negara di perbatasan.