Jika kabar pertunangan George Clooney dan Amal Alamuddin benar, ini akan menjadi pernikahan kedua bagi Clooney. Stefania D'Alessandro/Getty Images
TEMPO.CO, Nairobi- Aktor Hollywood kawakan George Clooney bertekad mengakhiri konflik kekerasan di Afrika dengan menelusuri akar pendanaannya. Program bernama The Sentry dia luncurkan, Senin, 20 Juli 2015.
The Sentry dan John Prendergast dari Enough Project - program serupa yang mengusahakan perdamaian di Afrika - akan menyelidiki aliran uang dalam konflik yang terjadi di Sudan Selatan, Sudan, Republik Afrika Tengah, dan Republik Demokratik Kongo.
Akshaya Kumar, analis kebijakan Enough Project mengatakan kepada Al Jazeera bahwa ide tersebut berawal dari ketidakpuasan mereka dengan usaha perdamaian tradisional dan pendekatan mitigasi konflik yang ada.
"Kami terinspirasi dari pendekatan keuangan yang berhasil membendung kegiatan terorisme, pencucian uang, dan perdagangan obat terlarang," kata Kumar.
The Sentry mengatakan tujuan akhir mereka adalah membongkar jaringan pelaku kejahatan, fasilitator dan pihak yang mendanai serta menikmati keuntungan dari konflik paling berdarah Afrika.
Meski memiliki tujuan baik, Alex Perry seorang jurnalis Newsweek menganggap sinis rencana Clooney dkk. Menurutnya program ini tidak akan bisa berbuat banyak. Salah satu indikasinya adalah sedikitnya orang Afrika yang dilibatkan dalam program ini.
"Cukup banyak orang Afrika yang mampu melakukan inisiatif semacam ini karena mereka mengalaminya langsung. Merekalah yang paling tepat melakukannya," kata Alex.
Clooney yang banyak bergerak dalam program-program kemanusiaan dan perdamaian di Afrika sebelumnya pernah dikritik karena mencampuradukkan kepopulerannya dengan konflik rumit di Sudan Selatan.
Menanggapi kabar itu, Kumar menampiknya. "Tuan Clooney sekali lagi berharap bisa melepas jubah selebritinya agar bisa melayani rakyat Sudan Selatan dengan memburu pemimpin-pemimpin mereka dan jaringan busuknya."
Sudan Selatan, negara termuda di dunia, terlibat dalam perang saudara sejak Desember 2013, sedangkan Afrika Tengah berada dalam situasi panas sejak kudeta pada Maret dua tahun lalu. Sementara Kongo merupakan salah satu daerah paling berkecamuk dengan sejumlah kelompok pemberontak di sepanjang perbatasan Uganda dan Rwanda.