Yunani Dapat Dana Talangan, tapi Harus Relakan Asetnya
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Selasa, 14 Juli 2015 16:15 WIB
TEMPO.CO, Jakarta - Setelah perundingan selama 17 jam menembus malam di Brussels, Belgia, akhirnya Yunani dan negara-negara kreditor Eropa mencapai kata sepakat untuk menyelamatkan Yunani dari kebangkrutan dan merusak mata uang euro.
“Perundingan ini melelahkan, tapi telah selesai. Tak ada Grexit,” kata Presiden Komisi Eropa Jean-Claude Juncker dalam konferensi pers, kemarin. Grexit, gabungan “Greek” dan “exit”, adalah istilah yang mengacu pada kemungkinan Yunani keluar dari Uni Eropa.
Para juru runding setuju bahwa Yunani tetap bergabung di dalam Eurozone, kawasan Uni Eropa yang memakai mata uang bersama euro. Kesepakatan itu tak menjamin bahwa Yunani akan mendapat dana talangan (bailout) ketiga, tapi memungkinkan Athena mulai merundingkan paket bantuan baru.
Yunani sudah dua kali menerima dana talangan dengan total 240 miliar euro atau sekitar Rp 3.500 triliun dengan imbal balik berupa pemotongan anggaran belanja besar-besaran, kenaikan pajak, dan efisiensi pemerintahan. Meski defisit anggaran tahunan negara itu turun drastis, beban utang Yunani telah mencekik perekonomiannya.
Utang Yunani kini sekitar Rp 4.109 triliun, hampir dua kali lipat produk domestik bruto tahunan negara itu. Tak banyak ekonom yang yakin bahwa utang itu akan sepenuhnya dilunasi. Pekan lalu, Dana Moneter Internasional (IMF) mengatakan Yunani perlu merestrukturisasi utang.
Perdana Menteri Yunani Alexis Tsipras dapat sedikit lega. Hasil perundingan itu membuat Yunanni mendapat perjanjian bersyarat untuk kemungkinan menerima dana talangan Rp 1.263 triliun untuk tiga tahun ke depan, tapi Athena harus membayarnya dengan harga tinggi.
Aset-aset negara Yunani yang senilai Rp 734 triliun, termasuk bank-bank yang direkapitalisasi, harus ditaruh dalam suatu dana perwalian (trust fund) yang tak bisa disentuh pemerintah. Dana itu akan dikelola untuk membayar utang-utang Athena.
“Dana perwalian itu akan mengembangkan aset-aset tersebut, baik dengan privatisasi maupun mengelola aset itu dan mencoba menghasilkan uang darinya,” kata Jeroen Dijsselbloem, pemimpin menteri-menteri keuangan negara-negara pengguna euro. Tak ada dana talangan Yunani sebelumnya yang sekejam itu.
Gagasan untuk menciptakan dana perwalian itu datang dari Jerman. Jerman bahkan menyarankan agar aset itu dipindahkan ke luar negeri sebelum dihitung sebagai jaminan untuk pinjaman berikutnya. Tapi, pada titik ini, Tsipras tampaknya memenangi perundingan. “Dia tetap di Yunani,” kata Dijsselbloem.
Bukankah ini semacam “kudeta” para pemimpin Eropa atas Yunani? Juncker menangkis dengan mengatakan bahwa pihak-pihak lain dalam perundingan itu juga dipaksa menerima syarat yang tak menyenangkan.
“Ini kompromi. Tak ada pemenang dan tak ada pecundang,” kata Juncker. “Saya tak beranggapan bahwa rakyat Yunani telah dihina dan orang Eropa lain kehilangan muka. Ini kesepakatan Eropa yang khas.”
TIME | REUTERS | THE NEW YORK TIMES | IWAN K.