Nikah Beda Agama Terlarang di Myanmar  

Reporter

Kamis, 9 Juli 2015 10:20 WIB

Ratusan massa dari berbagai ormas Islam melakukan aksi damai dengan membakar patung dan foto biksu Ashin Wirathu, di depan kantor Kedutaan Besar Myanmar, Jakarta, 27 Mei 2015. EMPO/Imam Sukamto

TEMPO.CO, Jakarta - Parlemen Myanmar menyetujui undang-undang yang melarang pernikahan beda agama di negara yang didominasi penganut Buddha tersebut. Kaum oposisi mengkritik keputusan yang mereka anggap bentuk diskriminasi terhadap wanita dan penganut agama Islam tersebut.

Dalam undang-undang itu disebutkan wanita Budha dan pria dari agama lain yang ingin menikah harus melapor ke pejabat lokal yang berwenang. Setelah itu, pertunangan mereka akan diumumkan ke publik, dan pasangan tadi bisa menikah jika tidak ada yang keberatan. Namun, jika melanggar aturan tersebut, pasangan itu bisa dipenjara.

Undang-undang itu tidak menempatkan semua orang dalam kesetaraan berdasarkan standar hak asasi yang berlaku di Myanmar dan internasional. Hal itu merupakan kritik utama dalam aturan ini.

"Aturan seperti ini seharusnya tidak diloloskan parlemen karena bukan aturan yang esensial untuk semua etnis di Myanmar. Ini hanya hukum yang mendiskriminasi agama-agama tertentu," ucap Zar Talam, keturunan etnis Cina yang merupakan anggota parlemen dari Htantlang, Negara Bagian Chin, Myanmar barat.

Bertolak belakang dengan yang dituduhkan, para pendukung undang-undang tersebut beralasan, ini akan melindungi wanita Buddha yang menikah di luar kepercayaannya.

"Aturan ini dibuat untuk wanita Buddha Myanmar yang ingin menikahi pria dari agama lain, sehingga mereka punya hak yang sama dalam pernikahan, perceraian, warisan, dan hak asuh anak,sebagai perlindungan yang efektif," ujar Saw Hla Tun, anggota parlemen Komisi Penyusun Hukum.

Aturan ini adalah bagian dari empat undang-undang yang sedang dibuat, yaitu soal pernikahan, agama, poligami, dan perencanaan keluarga. Undang-undang tersebut diajukan organisasi Buddha bernama Asosiasi Perlindungan Ras dan Agama yang berafiliasi dengan kelompok biksu Buddha nasionalis.

Organisasi pemberdayaan wanita dan masyarakat sipil yang menentang berpendapat, rancangan undang-undang itu tidak mengakui hak bertahan hidup dan memilih kaum wanita yang sudah melekat sejak lahir.

"Kami percaya aktivitas politik berlatar belakang kepercayaan termasuk argumen yang menentang pernikahan antaragama seperti sekarang tidak bertujuan menciptakan perdamaian antar-pemeluk kepercayaan ataupun mencegah kekerasan dan konflik, tapi mengalihkan perhatian publik terhadap pemilihan 2015 mendatang."

Walaupun peraturan itu tidak menyebut suatu agama secara spesifik, ada dugaan hukum itu dibuat dengan tujuan mencegah muslim memaksa wanita Buddha meninggalkan kepercayaannya dan sebaliknya.

Tahun lalu, Komisi Internasional Kebebasan Beragama Amerika Serikat dan Human Rights Watch mengutuk empat draf undang-undang tersebut dan mengatakan mereka mendiskriminasi kaum non-Buddha yang ingin berpindah agama, menikah, dan melahirkan, yang bisa berujung represi dan kekerasan terhadap muslim dan agama minoritas lain.

RADIO FREE ASIA | BINTORO AGUNG S.

Berita terkait

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

3 hari lalu

Giliran KKP Tangkap Kapal Asing Malaysia yang Menangkap Ikan di Selat Malaka

KKP meringkus satu kapal ikan asing ilegal berbendera Malaysia saat kedapatan menangkap ikan di Selat Malaka.

Baca Selengkapnya

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

5 hari lalu

Perang Saudara Myanmar: Kelompok Perlawanan Tarik Pasukan dari Perbatasan Thailand

Tentara Pembebasan Nasional Karen memutuskan menarik pasukannya dari perbatasan Thailand setelah serangan balasan dari junta Myanmar.

Baca Selengkapnya

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

5 hari lalu

Jenderal Myanmar Menghilang Setelah Serangan Pesawat Tak Berawak

Wakil Ketua Junta Myanmar menghilang setelah serangan drone. Ia kemungkinan terluka.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

8 hari lalu

Ribuan Warga Rohingya Berlindung ke Perbatasan Myanmar-Bangladesh

Ribuan warga etnis Rohingya yang mengungsi akibat konflik di Myanmar, berkumpul di perbatasan Myanmar-Bangladesh untuk mencari perlindungan

Baca Selengkapnya

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

8 hari lalu

Aktivis HAM Myanmar Dicalonkan Nobel Perdamaian 2024: Penghargaan Ini Tidak Sempurna

Maung Zarni, aktivis hak asasi manusia dan pakar genosida asal Myanmar, dinominasikan Hadiah Nobel Perdamaian 2024, oleh penerima Nobel tahun 1976

Baca Selengkapnya

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

9 hari lalu

Pertempuran di Perbatasan Myanmar-Thailand, Pemberontak Targetkan Pasukan Junta

Pertempuran berkobar di perbatasan timur Myanmar dengan Thailand memaksa sekitar 200 warga sipil melarikan diri.

Baca Selengkapnya

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

10 hari lalu

Top 3 Dunia: Iran Siap Hadapi Israel, Sejarah Kudeta di Myanmar

Top 3 dunia adalah Iran siap menghadapi serangan Israel, sejarah kudeta di Myanmar hingga Netanyahu mengancam.

Baca Selengkapnya

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

11 hari lalu

Menilik Jejak Sejarah Kudeta Junta Militer Di Myanmar

Myanmar, yang dulunya dikenal sebagai Burma itu telah lama dianggap sebagai negara paria ketika berada di bawah kekuasaan junta militer yang menindas.

Baca Selengkapnya

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

17 hari lalu

Menlu Thailand Kunjungi Perbatasan dengan Myanmar, Pantau Evakuasi

Menlu Thailand Parnpree Bahiddha-Nukara tiba di perbatasan dengan Myanmar untuk meninjau penanganan orang-orang yang melarikan diri dari pertempuran.

Baca Selengkapnya

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

17 hari lalu

Ribuan Warga Myanmar Mengungsi ke Thailand Usai Kota Ini Dikuasai Pemberontak

Thailand membuka menyatakan bisa menampung maksimal 100.000 orang warga Myanmar yang mengungsi.

Baca Selengkapnya