Para warga menyiram tubuhnya dengan air untuk menghindari gelombang panas di sumber air sebuah taman kota di Islamabad, Pakistan, 21 Juni 2015. Pemerintah menerapkan keadaan darurat di seluruh rumah sakit akibat serangan gelombang panas. FAROOQ NAEEM/AFP/Getty Images
TEMPO.CO, Karachi - Pemerintah Perdana Menteri Pakistan Nawaz Sharif menetapkan keadaan darurat untuk mengatasi gelombang hawa panas di Provinsi Sindh. Serangan hawa panas ini sudah merenggut nyawa 450 orang hingga Selasa, 23 Juni 2015.
Badan Penanggulangan Bencana Nasional Pakistan (NDMA) mengatakan lembaga itu sudah menerima perintah dari Perdana Menteri untuk segera mengambil tindakan. Tentara juga sudah dikerahkan untuk mendirikan pusat-pusat bantuan serangan hawa panas dan membantu NDMA.
Banyak korban jiwa dalam serangan hawa panas ini yang merupakan warga usia lanjut dari keluarga miskin. Petugas kesehatan mengatakan kebanyakan korban jiwa berada di kota terbesar di Pakistan, Karachi, yang temperaturnya mencapai 45 derajat Celsius selama beberapa hari belakangan.
Adapun ratusan orang yang terkena dampak serangan hawa panas telah mendapat perawatan di sejumlah rumah sakit pemerintah.
Penggunaan listrik untuk menyalakan mesin penyejuk ruangan meningkat sejalan dengan melonjaknya keperluan listrik dalam Ramadan. Suhu yang amat panas bukan hal yang tidak biasa di Pakistan, tapi kekurangan listrik pada saat yang bersamaan membuat masalah menjadi lebih buruk.
Sejumlah unjuk rasa sporadis berlangsung di beberapa bagian Karachi. Demonstran menuding pemerintah dan perusahaan listrik kota itu, K-Electric, gagal mencegah jatuhnya korban jiwa gara-gara serangan hawa panas tersebut.