Ritual Aneh tapi Ngeri: Penggal Kepala untuk Datangkan Hujan  

Reporter

Editor

Bobby Chandra

Jumat, 5 Juni 2015 06:34 WIB

Ilustrasi pembunuhan. (tabloidjubi)

TEMPO.CO, New Delhi - Jika warga Semarang punya ritual Tari Ujungan untuk mendatangkan hujan, lain lagi dengan tradisi warga Negara Bagian Jharkhand, India sebelah timur. Polisi India sedang mencari kepala seorang pria 55-tahun, yang tewas lantaran dipenggal demi mendatangkan hujan.

Kepala pria itu dipisahkan dari lehernya dalam tradisi yang dianggap sebagai ritual pengorbanan untuk menyulap hasil panen yang lebih baik. Mayat tanpa kepala pria bernama Thepa Kharia itu ditemukan di rumahnya di sebuah desa terpencil di negara bagian Jharkhand, India timur.

Saudara Kharia mengatakan kepada polisi bahwa sekelompok penganut okultisme (penganut ilmu sihir dan dunia supranatural) yang dikenal sebagai Orkas, memenggal kepala pria itu di rumahnya untuk melaksanakan kurban yang menyerukan lebih banyak hujan dan hasil panen yang lebih baik.

"Orkas bisa menjadi siapa saja, dari petani hingga tantrik (salah satu aliran kepercayaan Hindu). Mereka mengubur kepala di lapangan dan berharap bahwa pengorbanan akan menghasilkan panen yang baik bagi masyarakat," kata saudara Kharia seperti yang dilansir IB Times, Rabu, 3 Juni 2015.

Ajay Kumar Thakur, petugas kepolisian yang menyelidiki pembunuhan itu, mengatakan: "Keluarga mengatakan penganut okultis membunuhnya untuk sebuah ritual. Kepalanya masih hilang dan belum ditemukan hingga kini."

Pengorbanan manusia sering terjadi di desa terpencil di India, tempat kepercayaan okultisme tersebar luas. Beberapa hari sebelum kematian Kharia, juga ditemukan lima jenazah manusia digantung di Sanatan Bag. Kelima jasad itu ditemukan setelah terjadi pengorbanan seorang anak kecil di sebuah kuil di Desa Rangapara, di Negara Bagian Assam.

Ritual itu diyakini bahwa anak itu diduga dibunuh oleh okultis yang kemudian digantung oleh penduduk desa yang marah. Pada 2013, seorang balita bernama Akash Singh secara brutal dibunuh oleh sekelompok orang yang percaya pengorbanan anak bisa memberi mereka kehidupan yang lebih baik.

Pada tahun yang sama, ayah membunuh anaknya yang berusia delapan bulan setelah mengklaim bahwa Kali, Dewi waktu, perubahan, dan kehancuran memintanya untuk berkorban. Rajkumar Chaurasia membunuh anaknya di depan sebuah kuil yang telah dibangun di rumahnya di desa Narain Purva, Barabanki.

Ketika ditangkap, Rajkumar mengatakan kepada polisi dia pikir pengorbanan akan membawa sukacita bagi pasangan "yang mengunjungi kuil Dewi Kali".

Pada 2011, seorang anak yang masih berusia tujuh tahun, Lalita Tati, dibunuh oleh dua petani yang mengorbankan dia dalam ritual untuk hasil panen yang lebih baik. Belakangan penganut ritual ini diyakini menuliskan surat kepada ayah Lalita yang isinya mengakui kejahatan mereka.

IB TIMES | YON DEMA

Berita terkait

Sejak Kapan Komunitas Yahudi Ada di Indonesia?

15 Oktober 2023

Sejak Kapan Komunitas Yahudi Ada di Indonesia?

Kedatangan Yahudi ke Indonesia pun memiliki sejarah panjang. Berikut perkembangan komunitas Yahudi di Indonesia.

Baca Selengkapnya

Cerita Penghayat Kepercayaan Dapat KTP Baru: Daripada Dicap Islam KTP, Mending PD

19 Juli 2023

Cerita Penghayat Kepercayaan Dapat KTP Baru: Daripada Dicap Islam KTP, Mending PD

Pemberian KTP ini dapat meningkatkan rasa percaya diri para Penghayat Kepercayaan.

Baca Selengkapnya

Satu Keluarga Tewas di Kalideres Mungkin Ikut Aliran Tertentu, Polisi Masih Selidiki

16 November 2022

Satu Keluarga Tewas di Kalideres Mungkin Ikut Aliran Tertentu, Polisi Masih Selidiki

Sementara bukan karena kelaparan penyebab satu keluarga tewas. Apakah karena menganut aliran tertentu atau ada hal lain, masih didalami.

Baca Selengkapnya

Berbagai Pandangan tentang Apokaliptik

15 November 2022

Berbagai Pandangan tentang Apokaliptik

Pencarian kata apokaliptik mendadak banyak ditelusuri artinya, karena dikaitkan dengan kemungkinan kasus kematian misterius keluarga di Kalideres

Baca Selengkapnya

Jokowi Jamin Hak Penghayat Kepercayaan di Perpres Strategi Kebudayaan

17 September 2022

Jokowi Jamin Hak Penghayat Kepercayaan di Perpres Strategi Kebudayaan

Salah satu yang diatur dalam Perpres yang diteken Jokowi ini adalah jaminan atas hak kelompok penghayat kepercayaan dalam urusan pemajuan kebudayaan.

Baca Selengkapnya

MUI Depok: Ahmadiyah Sudah Berulang Kali Diajak Berdialog

25 Oktober 2021

MUI Depok: Ahmadiyah Sudah Berulang Kali Diajak Berdialog

Ketua MUI Kota Depok, Ahmad Dimyati Badruzzaman mengatakan, jamaah Ahmadiyah sudah sering diajak berdialog. Namun buntu, karena keyakinan mereka.

Baca Selengkapnya

Setara Kritik Gubernur yang Libatkan MUI Tangani Kekerasan Ahmadiyah Sintang

20 September 2021

Setara Kritik Gubernur yang Libatkan MUI Tangani Kekerasan Ahmadiyah Sintang

"Edaran tersebut problematik, sebab salah dalam memposisikan MUI dalam peristiwa kekerasan atas Ahmadiyah Sintang," kata Halili

Baca Selengkapnya

Penghayat Kepercayaan: Hormat Bendera Tak Langgar Keyakinan

29 November 2019

Penghayat Kepercayaan: Hormat Bendera Tak Langgar Keyakinan

Penghayat kepercayaan di Yogyakarta mengatakan hormat kepada bendera merah putih tak melanggar keyakinan.

Baca Selengkapnya

Cerita Warga Bandung Dapat KTP Pertama untuk Penghayat

22 Februari 2019

Cerita Warga Bandung Dapat KTP Pertama untuk Penghayat

Kolom aliran kepercayaan atau penghayat kini sudah bisa tertera di KTP warga Kota Bandung. Bonnie Nugraha dan keluarga sudah mendapatkannya.

Baca Selengkapnya

Begini Prosedur Mendapat KTP bagi Penganut Aliran Kepercayaan

22 Februari 2019

Begini Prosedur Mendapat KTP bagi Penganut Aliran Kepercayaan

Para penganut aliran kepercayaan di Bandung saat ini sudah bisa membuat KTP yang menegaskan identitas keyakinannya. Begini caranya.

Baca Selengkapnya