TEMPO.CO, Islamabad - Pejabat Pakistan menolak klaim yang disampaikan Taliban bahwa kelompok bersenjata tersebut menembak jatuh helikopter MI-17 sebagai bagian dari rencana pembunuhan terhadap Perdana Menteri Nawaz Sharif.
Dalam sebuah pernyataan, juru bicara Taliban mengatakan kelompoknya telah menghantam jatuh helikopter tersebut dengan senjata anti-serangan udara untuk membunuh Sharif, yang akan melakukan perjalanan ke daerah yang sama dengan helikopter itu menggunakan sebuah helikopter.
"Satu kelompok khusus dari Tehreek-e-Taliban Pakistan telah menyiapkan serangan dengan sasaran Nawaz Sharif saat dia melakukan kunjungan, tapi dia berhasil selamat sebab dia melakukan perjalanan dengan helikopter lain," kata juru bicara Taliban, Muhammad Khorasani, Jumat, 8 Mei 2015.
Pejabat dan kantor berita Pakistan meragukan klaim tersebut. Sebab Taliban tidak menguasai kawasan Gilgit-Baltistan, tempat jatuhnya helikopter yang menewaskan sejumlah diplomat asing, termasuk istri Duta Besar Indonesia untuk Pakistan.
Menteri Pertahanan Pakistan mengumumkan bahwa pihaknya akan melakukan investigasi untuk mengetahui penyebab kecelakaan helikopter yang jatuh di dekat sebuah sekolah itu.
Adapun juru bicara angkatan bersenjata Pakistan, Mayor Jenderal Asim Bajwa, melalui akun Twitter mengatakan helikopter MI-17 jatuh saat akan melakukan pendaratan darurat di Naltar. "Dua helikopter mendarat dengan selamat, tapi helikopter ketiga jatuh dan dilalap api," kata Bajwa.
Upacara Pemakaman Dubes Burhan Muhammad Secara Militer
20 Mei 2015
Upacara Pemakaman Dubes Burhan Muhammad Secara Militer
Wakil Menteri Luar Negeri A.M. Fachir dan rombongan Duta Besar Pakistan untuk Indonesia serta Singapura turut mengantar hingga proses pemakaman selesai.
Jenazah Dubes Burhan Muhammad Akhirnya Tiba di Rumah Duka
20 Mei 2015
Jenazah Dubes Burhan Muhammad Akhirnya Tiba di Rumah Duka
Jenazah Duta Besar Indonesia untuk Pakistan Burhan Muhammad tiba di rumah duka di Kelurahan Notoprajan, Kecamatan Ngampilan, Kota Yogyakarta, sekitar pukul 07.55 WIB.