Korban Gempa Nepal Capai 7.000 Orang

Reporter

Editor

Saroh mutaya

Minggu, 3 Mei 2015 18:11 WIB

Cuplikan rekaman video amatir menunjukkan sekelompok pendaki berlari untuk menyelamatkan diri saat longsoran salju menghantam Base Camp Everest, 25 April 2015. Sedikitnya 22 pendaki tewas dan 217 lainnya hilang di dekat base camp Gunung Everest. dailymail.co.uk

TEMPO.CO, Jakarta - Satu tim polisi Nepal telah menarik sekitar 50 jenazah yang di dalamnya termasuk para pemanjat tebing dari luar Nepal, dari satu wilayah tertimpa longsor salju.

Dengan demikian, jumlah korban meninggal akibat gempa bumi dahsyat pada 25 April lalu melonjak menjadi sekitar 7.000 orang. Tidak satu pun dari jenazah-jenazah itu teridentifikasi, kata Pravin Pokharel, Wakil inspektur polisi distrik Rasuwa di Nepal utara.

Pokharel, yang mengepalai tim polisi itu, mengatakan bahwa jenazah-jenazah itu ditarik Sabtu kemarin atau seminggu setelah gempa bumi dahsyat tersebut. Tim penyelamat akan kembali ke wilayah terpencil hari ini.

Sedikitnya 200 orang masih dikategorikan hilang, termasuk warga desa dan para pemanjat, kata Uddhav Bhattarai, birokrat senior di distrik ini. "Kami tidak mampu mencapai area lebih cepat karena hujan dan cuaca berkabut," kata dia melalui telepon.

Pemerintah mengatakan jumlah korban meninggal akibat gempa bumi sudah mencapai 7.040 orang dan jumlah korban luka 14.123 orang.

Pesawat dan personel militer Amerika Serikat akan tiba di Nepal hari ini, sehari lebih lambat dari jadwal, untuk membantu mendistribusikan bantuan ke daerah-daerah terparah di luar ibu kota Kathmandu.

Brigjen Marinir Paul Kennedy mengatakan kontingen militer itu termasuk paling sedikit 100 tentara, perangkat pencari dan enam pesawat militer yang dua di antaranya helikopter.

Tim ini tiba di tengah memuncaknya kritik atas tertumpuknya bantuan di bandara Kathmandu yang menjadi satu-satunya gerbang masuk internasional ke negara di Himalaya in, karena pemeriksaan kepabeanan.

Perwakilan PBB di Nepal Jamie McGoldrick mengatakan pemerintah mesti melonggarkan pemeriksaan ketat kepabeanan agar mengalir kencangnya arus bantuan dari seluruh dunia.

Namun pemerintah mengeluh karena menerima pasokan yang tidak dibutuhkannya seperti ikan tuna dan mayonnaise, sehingga petugas bandera mesti memeriksa ketat semua pengapalan bantuan darurat ini.

"Mereka seharusnya tidak menggunakan metodologi kepabeanan di masa normal," kata McGoldric dengan menegaskan semua bantuan semestinya dibebaskan dari pemeriksaan kepabeanan.

Nepal telah mencabut pajak impor bagi terpal dan tenda, namun juru bicara Kementerian dalam negeri Laxmi Prasad Dhakal mengatakan semua barang masuk dari luar negeri mesti diperiksa. "Ini hal yang mesti kita tempuh," sambung dia.

Para pejabat pemerintah Nepali mengatakan upaya mempercepat pengiriman bantuan ke wilayah-wilayah terpencil juga dibuat frustasi oleh kurangnya truk pengirim bantuan dan sekaligus pengemudinya, yang kebanyakan dari mereka pulang kampung untuk menolong anggota keluarganya.

"Lumbung-lumbung kami penuh dan kami punya persediaan pangan yang cukup, namun kami tidak mampu menyalurkan bantuan dengan lebih cepat," kata Shrimani Raj Khanal, manajer Nepal Food Corp.

Helikopter-helikopter militer telah menjatuhkan bantuan mie instan dan biskuit dari udara ke daerah-daerah terpencil namun penduduk membutuhkan beras dan bahan pokok lainnya untuk memasak, kata dia.

Banyak warga Nepal masih tidur di udara terbuka sejak gempa bumi itu terjadi karena takut kembali ke rumahnya. Tenda-tenda dipasang di stadion utama Kathmandu dan padang golfnya. Menurut PBB, 600.000 rumah hancur atau rusak.

PBB mengatakan 8 juta dari total 28 juta penduduk Nepal terkena dampak gempa. Dua juta di antaranya memerlukan tenda, air bersih, makanan dan obat-obatan sampai tiga bulan ke depan.

"Prioritas utama kini adalah mengirimkan bantuan dan perlindungan kepada rakyat sebelum musim hujan tiba dalam beberapa pekan. Ini makin merunyamkan penyaluran bantuan," kata Direktur Eksekutif Program Pangan Dunia Ertharin Cousin kepada Reuters. "Kekhawatiran kami adalah musim hujan akan segera tiba," kata dia.

Yang juga mengkhawatirkan adalah penyebaran penyakit. "Rumah sakit-rumah sakit sudah kelebihan pasien, air bersih langka, jenazah masih terkubur di reruntuhan dan orang masih tidur di ruang terbuka," kata Rownak Khan, Deputi perwakilan UNICEF di Nepal. "Ini adalah faktor sempurna bagi menyebarluasnya penyakit."



ANTARA

Berita terkait

Kakek 85 Tahun Tewas, Nepal Akan Batasi Usia Pendaki Everest

9 Mei 2017

Kakek 85 Tahun Tewas, Nepal Akan Batasi Usia Pendaki Everest

Pemerintah Nepal akan segera membatasi usia pendaki Gunung Everest setelah seorang kakek berusia 85 tahun tewas saat berusaha menaiki puncak tertinggi

Baca Selengkapnya

Pendaki Gunung Tertua di Dunia Asal Nepal Tewas di Everest

6 Mei 2017

Pendaki Gunung Tertua di Dunia Asal Nepal Tewas di Everest

Menurutnya, usia bukan halangan mewujudkan mimpi.

Baca Selengkapnya

Tradisi Chhaupadi di Nepal Makan Korban Remaja Putri  

21 Desember 2016

Tradisi Chhaupadi di Nepal Makan Korban Remaja Putri  

Tradisi mengasingkan perempuan yang sedang haid di luar rumah di Nepal memakan korban seorang remaja putri. Tradisi ini sebenarnya sudah dilarang.

Baca Selengkapnya

Eks Pemimpin Pemberontak Maoist Jadi Perdana Menteri Nepal  

3 Agustus 2016

Eks Pemimpin Pemberontak Maoist Jadi Perdana Menteri Nepal  

Mantan pemimpin pemberontak Maoist terpilih menjadi Perdana Menteri Nepal.

Baca Selengkapnya

Nepal Lantik Bidhya Devi Bhandari, Presiden Wanita Pertama

29 Oktober 2015

Nepal Lantik Bidhya Devi Bhandari, Presiden Wanita Pertama

Bidhya Devi Bhandari, nama pemimpin berusia 54 tahun itu, berasal dari Partai Bersatu Marxist-Leninist Nepal.

Baca Selengkapnya

Kado Ronaldo untuk Jetin, Bocah Nepal Korban Gempa

1 September 2015

Kado Ronaldo untuk Jetin, Bocah Nepal Korban Gempa

Jetin tertegun dengan hadiah yang dikirim Cristiano Ronaldo.

Baca Selengkapnya

Pria Nepal Ini Gorok Leher Seorang Bocah, Alasannya...

28 Juli 2015

Pria Nepal Ini Gorok Leher Seorang Bocah, Alasannya...

Masyarakat di Desa Kudiya masih menganut kepercayaan kuno tentang kekuatan sihir dan entitas supranatural.

Baca Selengkapnya

Di Nepal, Ada Desa Ginjal karena Banyak Warganya Jual Ginjal

12 Juli 2015

Di Nepal, Ada Desa Ginjal karena Banyak Warganya Jual Ginjal

Daerah ini disebut Desa Ginjal karena hampir semua orang yang tinggal di sana telah menjual ginjal mereka kepada pedagang organ tubuh manusia.

Baca Selengkapnya

Gempa Nepal, India Siapkan Dana Bantuan Rp 13 triliun  

25 Juni 2015

Gempa Nepal, India Siapkan Dana Bantuan Rp 13 triliun  

Cadangan devisa Nepal aman.

Baca Selengkapnya

Sekolah di Nepal Buka Kembali Pasca Gempa Hebat

31 Mei 2015

Sekolah di Nepal Buka Kembali Pasca Gempa Hebat

Fokus pembelajarannya pada bermain game dan kegiatan budaya untuk memulihkan trauma dari gempa hebat di Nepal.

Baca Selengkapnya