KTT OKI Belum Tuntas Definisikan Terorisme

Reporter

Editor

Kamis, 31 Juli 2003 14:48 WIB

TEMPO Interaktif, Kuala Lumpur:Pertemuan khusus Menteri Luar Negeri Organisasi Konferensi Islam (OKI) sepakat untuk memerangi terorisme secara serius. Namun sayangnya, hampir seluruh delegasi tidak secara tuntas mendefinisikan terorisme. Kabanyakan mereka cuma merujuk kasus Palestina sebagai acuan sikap. Dari 53 delegasi yang datang, baru sekitar 17 negara yang sudah mengemukakan pandangan dan sikapnya soal terorisme di hari pertama, Senin (1/4), dari tiga hari yang direncanakan. Sementara sisanya, akan dilanjutkan dalam persidangan hari kedua, Selasa (2/4). Persidangan pertama dibuka dengan pernyataan sikap seluruh delegasi OKI atas kasus Palestina. Ini adalah materi tambahan dari yang direncanakan panitia, mengingat situasi Palestina yang begitu genting. Setelah disepakatinya pernyataan sikap mengutuk Israel, sidang dilanjutkan dengan agenda yang telah ditetapkan. Menurut Menteri Luar Negeri Bahrain Muhammad Abdul Ghaffar, sebelum mendefinisikan terorisme, perlu kiranya dibedakan dengan pembahasan mengenai perjuangan melawan ancaman kekuatan asing."Perjuangan semacam ini dijamin oleh hukum dan kesepakatan internasional," katanya. Atas dasar pemikiran ini, ia menilai perjuangan rakyat Palestina melawan Israel tak bisa dicap sebagai terorisme. "Mereka berjuang melawan invasi dan ancaman Israel," tandasnya. Pada sisi lain, apa yang dilakukan Israel terhadap Palestina adalah satu bentuk terorisme negara. Menurutnya, Israel bisa tetap melakukan pembunuhan dan terorisme negara akibat tak ada sikap tegas dari masyarakat internasional. Namun, Menteri Dalam Negeri Pakistan Letjen (purn) Moinuddin Haider agak sedikit berbeda dengan Abdul Ghaffar. Baginya, tak layak melekatkan label terorisme pada negara dan komunitas. Menurut dia terorisme bisa dipengaruhi oleh individu maupun kelompok, sehingga kebijakan-kebijakan yang diambil seolah-olah disokong negara. "Sikap seperti ini yang harus dikutuk dan dilawan," teriaknya. Walau begitu, Pakistan tak setuju jika satu negara dijadikan target serangan selepas divonis sebagai negara teroris. Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran Kamal Kharazi setuju atas pandangan Haider. Sebab, Iran pernah menjadi korban fitnah karena dituding sebagai negara yang melindungi dan menyokong terorisme. Itu makanya Iran giat mengkampanyekan perdamaian dan stabilitas internasional. Atas langkah tersebut Kamal merasa, "Iran tak lagi dipandang negatif." Selain itu, Kamal mengingatkan agar Atas nama masyarakat dan pemerintahan Iran, Kamal Kharazi mendukung sepenuhnya gerakan Intifadah. "Kita harus bersatu dan melakukan koordinasi untuk mengantisipasi tindakan kriminal yang dilakukan Israel," ajaknya. Dan ini tantangan untuk menciptakan perdamaian dan keamanan internasional, karena serangan 11 September membuktikan bahwa terorisme tak kenal kaya dan miskin, ataupun salah dan benar."Siapapun bisa mengancam keamanan satu negara tanpa mengenal wilayah geografis, status, dan kekuasaan," jelasnya. (Rommy Fibri-Majalah TEMPO)

Berita terkait

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

3 menit lalu

Israel Gempur Rafah Menjelang Pembahasan Gencatan Senjata, 13 Tewas

Sebanyak 13 warga Palestina tewas dalam serangan Israel ke Rafah.

Baca Selengkapnya

PDIP Minta Perolehan Suara PSI dan Demokrat di DPRD Papua Tengah Dinihilkan

4 menit lalu

PDIP Minta Perolehan Suara PSI dan Demokrat di DPRD Papua Tengah Dinihilkan

PDIP meminta kepada MK agar perolehan suara PSI dan Partai Demokrat dalam pemilihan DPRD Provinsi Papua Tengah dijadikan nol.

Baca Selengkapnya

Tolak PKS Gabung ke Prabowo-Gibran, Berikut Rekam Jejak Partai Gelora

5 menit lalu

Tolak PKS Gabung ke Prabowo-Gibran, Berikut Rekam Jejak Partai Gelora

Partai Gelora menolak PKS bergabung dengan pemerintahan Prabowo-Gibran. Berikut alasan dan profil partai yang didirikan oleh eks petinggi PKS itu.

Baca Selengkapnya

Pernah Ditolak, Crazy Rich Surabaya Budi Said Kembali Ajukan Praperadilan di Kasus Emas Antam

11 menit lalu

Pernah Ditolak, Crazy Rich Surabaya Budi Said Kembali Ajukan Praperadilan di Kasus Emas Antam

Crazy rich Surabaya, Budi Said, ditetapkan sebagai tersangka korupsi jual beli emas Antam oleh Kejaksaan Agung

Baca Selengkapnya

Festival Hammersonic Digelar 4-5 Mei 2024, Siapa Sosok Pendiri Panggung Musik Metal Itu?

12 menit lalu

Festival Hammersonic Digelar 4-5 Mei 2024, Siapa Sosok Pendiri Panggung Musik Metal Itu?

Hammersonic Festival telah berevolusi menjadi festival musik metal terbesar dan paling ditunggu-tunggu di Asia Tenggara.

Baca Selengkapnya

Daftar Pemda yang Gelar Nobar Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

13 menit lalu

Daftar Pemda yang Gelar Nobar Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024

Animo masyarakat untuk menonton semifinal Piala Asia U-23 2024 antara Timnas U-23 Indonesia dan Uzbekistan sangat tinggi.

Baca Selengkapnya

Preview Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

13 menit lalu

Preview Timnas U-23 Indonesia vs Uzbekistan di Semifinal Piala Asia U-23 2024 Malam Ini

Timnas Indonesia bertekad menciptakan lebih banyak sejarah di Piala Asia U-23 2024. Apa komentar pelatih Shin Tae-yong dan Timur Kapadze?

Baca Selengkapnya

5 Pemain Timnas Uzbekistan yang Bisa Merepotkan Timnas U-23 Indonesia, Ada Abbosbek Fayzullaev

13 menit lalu

5 Pemain Timnas Uzbekistan yang Bisa Merepotkan Timnas U-23 Indonesia, Ada Abbosbek Fayzullaev

Siapa saja pemain Timnas Uzbekistan yang harus diwaspadai Timnas U-23 Indonesia di laga semfinal Piala Asia U-23 2024?

Baca Selengkapnya

Mengungkap Misteri Penglaris Warung Makan Shareefa Daanish

13 menit lalu

Mengungkap Misteri Penglaris Warung Makan Shareefa Daanish

Apakah hidup Shareefa Daanish bisa berakhir dengan manis setelah menggunakan penglaris?

Baca Selengkapnya

Jawaban Anies Baswedan dan Ganjar Soal Kemungkinan Bergabung dalam Kabinet Prabowo-Gibran

27 menit lalu

Jawaban Anies Baswedan dan Ganjar Soal Kemungkinan Bergabung dalam Kabinet Prabowo-Gibran

Setelah putusan MK yang menolak keputusan kubu Anies Baswedan dan Ganjar Pranowo, akankah mereka kemudian gabung di kabinet Prabowo-Gibran?

Baca Selengkapnya