TEMPO.CO, Seoul - Aktivis hak asasi manusia Korea Selatan berjanji mengirimkan sedikitnya 10 ribu keping film The Interview ke Korea Utara dengan menggunakan balon udara. Aksi itu merupakan tanggapan atas ancaman berulang-ulang dari pemerintah Korea Utara, yang dipimpin Kim Jong-un.
"Kami akan mengatur tanggal dan tempat serta mempertimbangkan cuaca untuk memulai kegiatan tersebut. Namun kami tidak akan menyiarkan pengiriman film itu," kata Park Sang-hak, warga Korea Utara yang menyeberang ke Korea Selatan dan memimpin peluncuran serangkaian balon, Selasa, 10 Maret 2015.
Pemerintah Korea Utara memperingatkan bahwa Korea Selatan harus membayar perbuatannya dengan darah jika pengirimanThe Interview dilakukan. Selain menyebar ribuan keping The Interview, yang bercerita tentang rencana rekaan Badan Intelijen Amerika Serikat (CIA) untuk membunuh Kim Jong-un, aktivis Korea Selatan akan mengirimkan 500 ribu selebaran politik.
Belum ada penjelasan lebih lanjut tentang isi selebaran tersebut. Namun selebaran serupa pernah dikirimkan sebelumnya. Selebaran tersebut berisi kecaman terhadap keluarga penguasa Korea Utara.
Aktivis Korea Selatan bersikeras memiliki hak demokratis untuk mengirimkan selebaran. Walau begitu, mereka menjaga agar tindakan-tindakan tersebut tidak terlalu memancing kemarahan Korea Utara.
Kegiatan itu menandai peringatan lima tahun tenggelamnya kapal perang Korea Selatan yang menewaskan 46 pelaut pada 2010. Korea Selatan menuduh Korea Utara berada di balik kejadian tersebut. Sejak saat itu, Korea Selatan membekukan semua ikatan perdagangan dan investasi di antara kedua negara.
Korea Utara sendiri telah lama mengutuk pengiriman balon-balon udara ke wilayahnya. Dalam beberapa bulan terakhir, mereka bahkan telah meningkatkan intensitas peringatan tersebut.
Pada Senin lalu, laman media resmi pemerintah Korea Utara,Uriminzokkiri, memberikan peringatan bahwa Pyongyang akan menanggapi setiap peluncuran balon udara. "Tidak hanya dengan tembakan senjata, tapi juga meriam atau rudal," tulis Uriminzokkiri.
Tentara perbatasan Pyongyang pada Oktober 2014 menembak jatuh beberapa balon yang menyeberangi wilayah Korea Utara. Kejadian ini memicu baku tembak menggunakan senjata mesin antara pasukan pemerintah Korea Utara dan Korea Selatan.
Sementara itu, penduduk Korea Utara yang tinggal di wilayah peluncuran balon mengkritik kegiatan para aktivis itu lantaran membuat permukiman mereka menjadi sasaran serangan pemerintah Korea Utara.