Pengungsi yang meninggalkan Kokang di Myanmar menempati tempat pengungsian sementara di perbatasan Cina, Sabtu (29/8). Bentrokan antara pasukan pemerintah dan pemberontak etnis menyebabkan puluhan ribu orang memasuki Cina. (AP Photo)
TEMPO.CO, Lashio - Myanmar pada Selasa mengumumkan keadaan darurat di Lashio, di mana pertempuran sengit antara tentara dan pemberontak Kokang terjadi. Ribuan orang mengungsi setelah terjadi baku tembak dan serangan udara di daerah perbatasan yang dilanda konflik itu.
Bentrokan mematikan antara tentara dan pemberontak Kokang itu terjadi di negara bagian Shan sejak pekan lalu. Banjir pengungsi ke wilayah Cina menjadi tak terbendung.
"Situasinya yang sangat genting menempatkan kehidupan masyarakat berisiko, sehingga keadaan darurat dinyatakan mulai hari ini," demikian pernyataan Kementerian Informasi Myanmar. Konflik berkecamuk sejak 9 Februari.
Dalam pengumuman terpisah, Panglima Militer Myanmar menyatakan pemerintah pusat kini berada dalam kontrol penuh atas wilayah itu. Sai Shwe Win, seorang pejabat pemerintah Lashio mengatakan puluhan warga sipil berdesakan dalam sebuah truk diserang ketika mereka mencoba untuk menghindari pertempuran Selasa pagi. Satu orang dilaporkan tewas dan lainnya luka-luka.
Sebuah biara di kota Shan dari Lashio, yang berada sekilat 140 km sebelah selatan zona konflik kini menjadi tempat penampungan sementara bagi ribuan orang yang mengungsi. Umumnya, mereka datang hanya dengan membawa sekantong plastik kecil barang-barang mereka.
Dari Beijing, pemerintah Cina mengatakan telah meningkatkan kontrol perbatasan setelah sekitar 30 ribu orang melarikan diri ke provinsi Yunnan. Warga sipil terus berduyung-duyung datang setelah terjadi bentrokan di bukit terpencil di sepanjang perbatasan.
Bentrokan antara suku Kokang yang beretnis Cina dan tentara pemerintah berpusat di Kaukkai, wilayah yang selama ini dikuasai pemberontak. Militer meluncurkan serangan balik terhadap pemberontak yang mencoba untuk sepenuhnya menguasai Laukkai dalam serangkaian serangan berani yang menewaskan hampir 50 tentara. Puluhan orang diduga tewas di kedua belah pihak dalam pertempuran saat militer bergerak untuk merebut kembali kota itu.
Tidak jelas apa yang memicu timbulnya kembali pemberontakan suku Kokang. Presiden Myanmar Thein Sein sebelumnya telah bersumpah untuk "tidak kehilangan satu inci pun wilayah Myanmar".
Para pejabat menyalahkan pemimpin pemberontak Kokang, Phone Kya Shin, sebagai pemicu pertempuran. Wilayah Kokang - dikenal dengan produksi opiumnya - selama ini relatif tenang sejak 2009, ketika sebuah serangan besar oleh tentara Myanmar terhadap pemberontak Kokang membungkam mereka.
Myanmar telah meminta Beijing untuk mengendalikan setiap pejabat lokal yang mungkin membantu kelompok ini di perbatasan. Juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Hua Chunying, meminta pihak yang bertikai di Myanmar untuk "mencegah situasi memburuk".
Myanmar dilanda konflik sporadis di wilayah perbatasan sejak kemerdekaan pada tahun 1948. Pertemputan sebelumnya melibatkan tentara pemerintah dengan kelompok bersenjata yang menamakan diri Tentara Pembebasan Nasional Ta'ang dan Tentara Kemerdekaan Kachin.