Orang bertopeng memegang pisau berbicara saat ia berdiri di antara dua pria berlutut yang diambil dari video online yang dirilis oleh ISIS, 20 Januari 2015. ISIS merilis video online dengan menunjukkan dua tawanan Jepang dan mengancam akan membunuh mereka kecuali menerima $ 200 juta dollar uang tebusan. Pria tawanan itu bernama Haruna Yukawa dan Kenji Goto. REUTERS website/Media sosial melalui Reuters TV
TEMPO.CO, Jakarta - Kenji Goto yang lahir pada tahun 1967 di kota Sendai, Jepang, merupakan seorang jurnalis lepas dari Tokyo. Dalam bertugas, Kenji terkenal memiliki reportase terhadap isu-isu yang menantang. (Baca: Pemerintah Jepang Serukan Pembebasan Tahanan ISIS)
Kenji lulusan dari Universitas Hosei di Jepang pada tahun 1991. Sebelum memiliki kantor media sendiiri pada tahun 1996, Independent Press, Kenji pernah bekerja di sebuah kantor media yang bertugas di beberapa stasiun berita utama Jepang di Afghanistan, Somalia, Irak dan beberapa negara lainnya di Afrika dan Asia. Video laporan Kenji telah beredar di stasiun TV nasional, termasuk NHK dan Asahi TV.
Kesenanganya terhadap isu-isu kemanusiaan membuatnya bekerja di daerah-daerah yang relatif berbahaya, salah satunya adalah di Suriah yang membuatnya menjadi tawanan ISIS.
Selain menjadi wartawan, ia juga menulis buku, salah satunya tentang AIDS di Afrika. Pada tahun 2006, ia memenangkan penghargaan Sankeo children's Book Award untuk bukunya yang berjudul Daiyamondo yori Heiwa ga Hoishii yang terbit pada tahun 2005. (Baca: Pasukan Kanada Adu Tembak dengan ISIS)
Bapak dari dua anak ini dikabarkan hilang di Suriah pada bulan Oktober 2014 ketika ingin membebaskan tawanan Jepang, Haruna Yukawa.
Pada 20 Januari 2015, muncul sebuah video ISIS, yang meminta agar pemerintah Jepang membayar US 200 juta atau sebesar Rp 2 triliyun sebagai tebusan pembebasan dirinya dan Yukawa. Kemudian pada tanggal 24 Januari, ISIS merilis rekaman audio dan gambar kenji yang sedang memegang foto Yukawa yang di penggal.