TEMPO.CO, Jakarta: Bekas agen Keamanan Nasional Amerika Serikat, Edward Snowden, kembali mengungkapkan fakta mengejutkan. Dia menyatakan bahwa Cina telah mencuri data-data pesawat tempur Joint Strike Fighter, F-35, yang akan diproduksi oleh Amerika Serikat.
Data-data ini digunakan oleh Cina untuk mengembangkan generasi terbaru pesawat tempur. Menurut Sydney Morning Herald, Snowden membagikan data sinyal yang mendokumentasikan pencurian itu dengan majalah Jerman, Der Spiegel. Pemerintah Australia juga mewaspadai dampak kejahatan ini. (Baca: Snowden Boleh Tinggal di Rusia Tiga Tahun Lagi.)
Mata-mata Cina diduga mencuri data pesawat sebesar 50 terabyte. Sebagian isi data itu adalah skema rinci mesin pesawat, peta kontur dek pemanasan belakang, metode pendinginan gas buang, dan metode yang digunakan untuk melacak target. (Baca: Inikah Identitas Pacar Edward Snowden?)
Pakar-pakar militer juga mengatakan bahwa oknum Cina itu menggunakan informasi yang dicuri dari intelijen AS untuk mempengaruhi pesawat-pesawat tempur generasi kelima. Kecanggihan pesawat Chengdu J-20 dan Shenyang J-31 dikabarkan melebihi pesawat-pesawat tempur militer AS. (Baca: Peringatan Setahun Bocoran Rahasia Edward Snowden.)
Tahun lalu, Perdana Menteri Australia Tony Abbott mengatakan negara itu akan membeli 58 pesawat F-35, dengan biaya lebih dari US$ 12 miliar. "F-35 generasi kelima adalah pesawat tempur paling canggih dalam produksi di mana saja di dunia dan akan memberikan kontribusi penting bagi keamanan nasional kita," kata Abbott.
Pesawat-pesawat tempur itu diperkirakan masuk ke Australia pada 2020. Adapun hingga kini pemerintah Australia belum merilis komentar resmi tentang pengakuan terbaru Snowden itu.
INTERNATIONAL BUSINESS TIMES | WINONA AMANDA
Terpopuler
Yusril: Jokowi Melanggar Undang-Undang Kepolisian
Presiden Jokowi Dimusuhi Tiga Negara
PKS: Andai Budi Gunawan Ketua KPK Jadi Tersangka
Nyawer ke Politikus PDIP, Apa Maksud Budi Gunawan?
Berita terkait
Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia
7 Februari 2021
Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.
Baca SelengkapnyaOrient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua
6 Februari 2021
Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020
Baca SelengkapnyaTidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat
4 Februari 2021
Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.
Baca SelengkapnyaKeluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge
3 Februari 2021
Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.
Baca SelengkapnyaKrisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan
3 Februari 2021
Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah
30 Januari 2021
Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.
Baca SelengkapnyaTutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol
30 Januari 2021
Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.
Baca SelengkapnyaAmerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19
29 Januari 2021
Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19
Baca SelengkapnyaJenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran
27 Januari 2021
Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran
Baca Selengkapnya