Banjir di wilayah Pahang, Malaysia, 4 Desember 2014. (harianandalas.com)
TEMPO.CO , Jakarta:Dua orang Warga Negara Indonesia menjadi korban banjir yang melanda lima negara bagian di Malaysia sejak 16 Desember 2014. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi memastikan keduanya tewas.
"Ibu berumur 21 tahun dan anak yang masih 1 tahun menjadi korban," kata Retno melalui pesan singkat pada Sabtu, 27 Desember 2014. Keduanya ditemukan tewas di kawasan Tanah Tinggi Cameron, Pahang, Malaysia Barat, pada 24 Desember lalu.
Retno mengatakan Kedutaan Besar Republik Indonesia di Kuala Lumpur dan Konsulat Jenderal Republik Indonesia Johor Baru sudah menghubungi keluarga korban. Hari ini, surat kepulangan keduanya sudah diurus.
Jenazah mereka akan dipulangkan hari ini untuk dimakamkan di kampung halamannya di Yogyakarta. "Kami sudah berkoordinasi dengan Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia untuk pengurusan jenazah," katanya.
Menurut kantor berita Malaysia, Bernama, banjir dengan korban mengungsi 90.250 jiwa ini adalah yang terbanyak sepanjang sejarah negara tersebut. Banjir disebabkan oleh tingginya curah hujan yang melanda kawasan Semenanjung Timur Malaysia.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.