TEMPO Interaktif, Jakarta:Situasi kota Manila berjalan normal, menyusul kabar bahwa pemimpin Katolik dan spiritual Filipina, Kardinal Sin, meninggal dunia Selasa (21/6) subuh waktu setempat. Dari pantauan wartawan Tempo, Wicaksono, lalu lintas di kota itu tetap padat seperti biasa. Toko, sekolah, perkantoran tetap buka. Tidak nampak dikibarkan bendera setengah tiang di jalan-jalan. "Kardinal Sin sudah tua dan sakit-sakitan. Ia juga sudah lama tak aktif, banyak orang yang sudah lupa," kata Cora Sebuang, seorang penerima tamu di Woman Center, Manila. "Ini berita besar buat warga Manila," kata Raul K. Tandhico, seorang manajer di Tesda, lembaga pelatihan tenaga kerja Manila. "Pasti akan ada misa khusus buat Kardinal." Sin meninggal dalam usia 76 tahun. Belum ada kabar kapan jenazah Sin akan dimakamkan. Pemerintahan Presiden Gloria Macapagal-Arroyo masih mendiskusikannnya dengan kalangan gereja Katolik. Siang ini, jenazah Sin akan disemayamkan di Gereja Katedral Filipina. Sin kabarnya akan digantikan oleh Uskup Utama Manila, Rosales. Arroyo yang memuji Sin sebagai Pembebas Rakyat Filipina menyatakan bahwa Sin adalah tokoh yang tak pernah gagal dalam menyatukan rakyat Filipina di masa kritis memerangi tirani dan kezaliman penguasa. Keterlibatan Sin dalam kancah politik sempat mengundang kritik sebagian kalangan. Oleh para pengkritiknya, ia disebut sebagai Imam Politik. Bagi mereka, seharusnya pemimpin gereja seperti Sin justru menjaga jarak dengan dunia politik. Terhadap kritik tersebut, Sin menyatakan dalam pidato perpisahannya pada 2003, Politik tanpa Jesus akan menjadi bencana terbesar bagi negeri ini. AFP