Meja maskapai Malaysian airlines ditutup di bandara Schiphol, Amsterdam, 17 Juli 2014. AP/Phil Nijhuis
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Negeri jiran Malaysia dihebohkan dengan pelesetan slogan kebanggaan negara itu, yakni "Malaysia Boleh" menjadi "Malaysia Bodoh". Sindiran tersebut dilontarkan politikus Partai Islam Se-Malaysia (PAS) yang mempersoalkan pelantikan warga Jerman, Christoph R. Mueller, menjadi Chief Executive Officer Malaysia Airlines (MAS). (Baca: Usai 'Malaysia Bodoh', Nanti PM Malaysia Pun Bule?)
Politikus PAS, Mahfuz Omar, mengatakan penunjukan Muller membuktikan kegagalan Malaysia melahirkan pemimpin perusahaan dalam negeri. “Ini menjadikan slogan 'Malaysia Boleh' (Malaysia bisa) adalah slogan palsu,” kata Mahfuz dalam pernyataannya, seperti dilansir laman Malaysia Kini, Selasa, 9 Desember 2014. (Baca: Saham Malaysia Airlines Makin Melorot)
“Pemilihan warga asing untuk menngendalikan MAS menjadikan slogan 'Malaysia Boleh' bertukar menjadi 'Malaysia Bodoh', seperti pernyataan sinis Mahathir (bekas Perdana Menteri Mahathir Mohamad) bahwa rakyat Malaysia bodoh dan tak layak memimpin MAS,” ujarnya. Sebagai partai oposisi, PAS selama ini memang kerap mengkritik kebijakan pemerintah Malaysia. (Baca: Pesawat Celaka, Saham Malaysia Airlines Ambruk)
Sehari sebelumnya, Mahathir mengkritik kebergantungan Malaysia pada orang luar untuk memajukan negara. Penunjukan Mueller, ujar Mahathir, menjadi, “Pengakuan kita ini bodoh.” Mahathir menegaskan bahwa orang Malaysia tidak bodoh dan mempunyai banyak bakat. Meski, pada zaman penjajahan Inggris, rakyat negeri itu dianggap kolot. (Baca: Malaysia Airlines Bisa Bangkrut?)
Pengangkatan Mueller pun mendapat repons dari warga Malaysia. Lewat akunnya, Ahmad Falluni, mengatakan pelantikan Mueller harus dilihat dari sudut pandang positif. "Pemerintah semestinya telah menilai kemampuan dan kredibilitas beliau, bukan hendak menyingkirkan kemampuan orang lokal," katanya. "Kadang-kadang kita perlu tenaga dan ide baru dari luar untuk memperbaiki suatu perkara." (Baca: Pemerintah Malaysia Kuasai Saham Malaysia Airlines)