TEMPO.CO, Nay Pyi Taw, Myanmar - Di tengah meningkatnya perhatian publik terhadap kemunduran kebebasan pers di Myanmar, Kementerian Informasi Myanmar menuntut sebuah jurnal mingguan, 'Myanmar Herald'. Menurut Menteri Informasi Myanmar, U Ye Htut, pemerintah menuntut media tersebut karena dianggap menghina Presiden Myanmar, Thein Sein, dengan menyebut "tidak masuk akal dan gila".
Myanmar Herald, yang memiliki nama nasional Myanmar Thandawsint, diprotes oleh Kementerian Informasi atas komentar Presiden Myanmar yang dimuat dalam edisi 9 Oktober 2014 dengan kutipan "omong kosong, irasional, murah, dan tidak konsisten... benar-benar tidak masuk akal, tidak masuk akal dan gila."
Tanggal 5 November, surat panggilan resmi dikirim ke kantor Myanmar Herald yang menyebutkan bahwa sebelas anggota dalam media tersebut dituntut melanggar pasal 25b Hukum Media. Mereka wajib hadir dalam persidangan perdana pada 14 November di pengadilan Nay Pyi Taw.
Hukuman atas pelanggaran pasal 25 b adalah pembayaran denda sebanyak Rp 3,5 - 11,1 juta, namun tidak ada tahanan untuk pelanggaran pasal ini. Tindakan hukuman tersebut ditempuh setelah pemerintah menolak tawaran pembayaran ganti rugi secara mingguan oleh Myanmar Herald karena dianggap tidak mencukupi.
"Sebelum kami tahu siapa yang salah dan benar, maka tunggu proses peradilan ini," kata U Ye Htut, seperti dilansir dalam Myanmar Times pada 10 November 2014.
"Kami siap menjalani proses peradilan yang ada namun harus dipastikan bahwa proses ini bebas dari pengaruh kekuasaan pemerintah dan akan menghasilkan keadilan yang sebenar-benarnya," kata U Ernt Khaung Min, Wakil Ketua Editor Jurnal.
INTAN MAHARANI | MYANMAR TIMES
Topik terhangat:
APEC | TrioMacan | Kisruh DPR | Susi Pudjiastuti | Lulung Dipecat
Berita terpopuler lainnya:
Di Beijing, Jokowi Sentil Kualitas Produk Cina
Baghdadi, Pemimpin ISIS, Terluka Parah
Jokowi Jadi Primadona di APEC
Jokowi Top jika Pidato Bahasa Indonesia di APEC
Berita terkait
Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam
29 Januari 2021
Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi
Baca SelengkapnyaInvestigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya
10 Februari 2018
Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.
Baca SelengkapnyaMiliter Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku
27 September 2017
Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.
Baca SelengkapnyaDewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya
26 September 2017
Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.
Baca SelengkapnyaMyanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine
26 September 2017
Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.
Baca SelengkapnyaPengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida
25 September 2017
Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaBangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar
23 September 2017
Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.
Baca SelengkapnyaWarga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar
6 September 2017
Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.
Baca SelengkapnyaJet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan
5 September 2017
Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.
Baca SelengkapnyaBentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi
27 Agustus 2017
ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.
Baca Selengkapnya