Ekspresi Presiden Jokowi, menerima kunjungan dari Menteri Luar Negeri (Menlu) Amerika Serikat John Kerry, di Istana Merdeka, Jakarta, 20 Oktober 2014. TEMPO/Subekti
TEMPO.CO, Jakarta - Menjadi Presiden Republik Indonesia merupakan tanggung jawab berat yang harus dipangku Jokowi. Bagaimana tidak, pria bernama lengkap Joko Widodo ini harus memimpin sebuah negara dengan lebih dari 13 ribu pulau dan lebih dari 300 etnik di seluruh Nusantara.
Belum lagi negeri ini memiliki lima kepercayaan: Islam, Kristen, Protestan, Hindu, dan Buddha. Meski banyak perbedaan, Jokowi optimistis Indonesia tidak akan terpecah belah. (Baca: Kepada Time, Jokowi Sebut Hal yang Membahayakannya)
"Persatuan dalam perbedaan. Hal yang telah menyatukan Indonesia adalah moderasi dan toleransi. Itu adalah DNA kami," kata Jokowi dalam wawancara dengan majalah Time edisi 27 Oktober 2014.
Time menulis, Jokowi sepertinya tidak mempermasalahkan perbedaan, khususnya soal agama yang merupakan isu sangat sensitif di negeri ini. Sebab, saat ia menjabat sebagai Wali Kota Solo, wakilnya, Fransiskus Xaverius Hadi Rudyatmo, adalah penganut agama Kristen, tapi mereka tetap bisa bekerja sama dengan baik. Begitu pun saat menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta, Jokowi dipasangkan dengan Basuki Tjahaja Purnama yang notabene adalah seorang Cina-Kristen. (Baca: Liputan Time, Ini Alasan Jokowi Jadi Pemimpin)
PSI Sambut Baik Partai Luar Koalisi Gabung di Pemerintahan Prabowo-Gibran
12 jam lalu
PSI Sambut Baik Partai Luar Koalisi Gabung di Pemerintahan Prabowo-Gibran
Partai Solidaritas Indonesia (PSI) menyambut baik partai-partai non-Koalisi Indonesia Maju (KIM) yang ingin bergabung pasca penetapan Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka sebagai presiden dan wakil presiden terpilih. Menurut Wakil Ketua Dewan Pembina PSI Grace Natalie, sikap tersebut mencontoh Presiden Joko Widodo alias Jokowi.