Pemimpin Hong Kong, Leung Chun-ying (kanan) dan Sekretaris Carrie Lam. REUTERS/Stringer
TEMPO.CO, Hong Kong - Aksi protes damai kelompok pendukung demokrasi di Hong Kong menghadapi ancaman baru yang datang dari kelompok-kelompok sindikat kejahatan terorganisasi atau mafia. Beberapa tokoh aksi unjuk rasa prodemokrasi Hong Kong mencurigai pemerintah diam-diam bekerja sama dengan kelompok-kelompok mafia untuk mengacaukan aksi protes mereka. (Baca: Dikepung, Pusat Pemerintahan HongKong Lumpuh)
Seperti dilaporkan FOX News, Sabtu, 4 Oktober 2014, polisi menangkap 19 orang yang melakukan aksi kekerasan saat demonstrasi berlangsung pada Jumat pekan lalu. Peristiwa itu melukai 12 demonstran dan 6 polisi. Polisi mendata, dari 19 orang yang ditangkap, 8 orang di antaranya berlatar belakang mafia.
Para pemimpin aksi demo pelajar dan mahasiswa Federal Hong Kong mengatakan kekerasan yang diprovokasi oleh para mafia itu mengarahkan mereka untuk mengesampingkan rencana melakukan negosiasi dengan pemerintah untuk mengakhiri aksi demo. (Baca: Media Cina Blakblakan Dukung Pemimpin HongKong)
"Pemerintah membolehkan mafia itu untuk menyerang aksi unjuk rasa damai. Ini telah memutus langkah dialog dan harus ada pertanggungjawaban sebagai konsekuensinya," kata peserta unjuk rasa dalam pernyataannya seperti dilansir dari BBC.
Mafia di Hong Kong sejak lama menjalankan praktek ilegal mengendalikan jaringan perdagangan narkoba, prostitusi, dan pemerasan. Bahkan, belakangan ini, mereka terjun dalam bisnis legal seperti properti dan keuangan.
Aksi unjuk rasa prodemokrasi menuntut Cina menjalankan pemilihan langsung pada 2017 untuk menggantikan Leung Chun-ying, pemimpin pemerintahan otonomi Hong Kong. (Baca: 6 Perilaku Demonstran HongKong yang Patut Ditiru)
Berbicara di televisi setelah unjuk rasa yang berujung rusuh pada Jumat pekan lalu, Leung mengingatkan bahwa polisi akan mengambil segala tindakan yang diperlukan untuk memastikan kantor-kantor pemerintahan dan sekolah kembali dibuka pada Senin, 6 Oktober 2014.