Bagaimana ISIS Hancurkan Toleransi Beragama di Irak?
Editor
MC Nieke Indrietta Baiduri
Senin, 18 Agustus 2014 13:46 WIB
Kelompok ekstremis Sunni dari berbagai bangsa itu mengusir warga minoritas, termasuk Kristen dan Yazidi, dari kota-kota yang berhasil mereka rebut. Hingga Rabu tiga pekan lalu, sebanyak 70 ribu warga Kristen masih menetap di Mosul dan Niniveh bersama 200 ribu warga Yazidi, Sabian, Syiah, dan Turkistan.
Kini mereka terpaksa melarikan diri ke berbagai tempat, bahkan hingga ke negara tetangga. Tak banyak pilihan bagi mereka selain pergi. Melalui pengeras suara di masjid-masjid, perwakilan ISIS menyampaikan ultimatum memberi pilihan selama beberapa jam agar mereka pergi, membayar upeti sebesar US$ 10 ribu, atau berpindah agama.
“Kami terkejut oleh ultimatum mereka. Akhirnya kami memilih pergi hanya dengan barang-barang seadanya,” ujar Louis Sako, seorang pemuka agama Kristen.
Sebagai teror, IS menandai rumah-rumah warga Kristen dengan huruf "N" yang berarti "Nassarah", istilah yang mengacu pada tempat kelahiran Yesus, Nazareth. “Rasanya seperti ditandai dengan huruf ‘X’,” ucap Haitham Hikmat Hermez, 46 tahun, yang melarikan diri dari Mosul. (Baca: Cara Kristiani Tangkal ISIS di Media Sosial)
Kehilangan rumah bagi Abu al-Fida, seorang guru asal Mosul, terasa sangat berat. Bersama istri dan anak-anaknya, ia terpaksa tinggal di halaman gereja dengan tenda ala kadarnya. “Apakah anak-anak saya akan mengingat hari ini ketika kami tidur sebagai gelandangan? Apakah mereka akan ingat pernah memiliki kehidupan di Mosul?” Fida pun menghela napas panjang. (Baca juga: Mengapa ISIS Lebih Hebat dari Al-Qaeda?)
THE GUARDIAN | INDEPENDENT | NEW YORK TIMES | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita Lainnya:
KPU Pastikan Tak Penuhi Panggilan Komisi II DPR
Warga Bantaran Kali Mampang Pindah ke Rusun
Hello Kitty Dapat Misi ke Luar Angkasa
Bukti Dobel, Tim Prabowo-Hatta Diminta Perbaiki