Pesan "Pray for MH17" di papan informasi di bandara Internasional Kuala Lumpur di Sepang, Malaysia, 18 Juli 2014. REUTERS/Edgar Su
TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) telah melakukan voting terkait jatuhnya pesawat MH17 di timur Ukraina pada Kamis lalu. Dari pengambilan suara tersebut, Dewan Keamanan akhirnya mengesahkan resolusi yang menuntut akses ke lokasi kecelakaan MH17 yang dikuasai oleh pemberontak pro-Rusia di Ukraina.
Selain pembukaan akses, Dewan Keamanan juga mendesak agar kegiatan militer di sekitar wilayah tersebut segera diakhiri. Keputusan yang diajukan oleh pihak Australia ini telah disetujui oleh seluruh anggota Dewan yang berjumlah 15 orang.
Dikutip dari Herald Sun, Selasa, 22 Juli 2014, dalam rapat tersebut Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop juga meminta agar jenazah diperlakukan dengan "hormat". Bishop meminta Rusia menggunakan kekuasaannya untuk menghentikan konflik yang terjadi di sana. (Baca: 200 Kantong Jenazah MH17 Diterbangkan ke Belanda)
"Hari ini Dewan Keamanan PBB telah merespons. Rancangan resolusi menuntut akses secara penuh bagi penyidik ke lokasi MH17 telah diadopsi dengan suara bulat oleh Dewan Keamanan PBB," kata Mishop.
Dari 298 penumpang yang berangkat dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, 39 di antaranya adalah warga Australia. Dari hasil laporan intelijen, MH17 ditembak oleh kelompok milisi pro-Rusia di Ukraina.
Di lain sisi, Perdana Menteri Malaysia Najib Razak juga telah berhasil membuat kesepakatan dengan pemimpin milisi, Alexander Borodei, dan telah membentuk tiga kesepakatan utama. Kesepakatan itu meliputi pengembalian jenazah, kotak hitam, dan membuka akses untuk penyelidik internasional untuk melakukan investigasi. (Baca: PM Najib "Tundukkan" Milisi Pro-Rusia)