Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. REUTERS/Frank Robichon/Pool
TEMPO.CO, Tokyo - Jepang memutuskan meringankan beberapa sanksi terhadap Korea Utara pada Kamis, 3 Juli 2014, sebagai imbalan atas sikap Korea Utara. Keringanan sanksi ini diberikan sebagai bentuk imbalan atas dibukanya kembali penyelidikan terhadap nasib warga Jepang yang diculik puluhan tahun lalu. Laporan terbaru menyebutkan beberapa dari korban penculikan tersebut masih hidup.
Jepang akan mencabut pembatasan perjalanan ke dan dari Korea Utara serta mencabut pembatasan jumlah uang yang dapat dikirim atau dibawa ke Korea Utara tanpa memberi tahu pemerintah Jepang. Selain itu, Jepang juga akan mengizinkan kapal-kapal Korea Utara berlabuh untuk tujuan kemanusiaan di pelabuhan milik Jepang.
"Ini hanya sebuah permulaan. Kami akan melakukan segala upaya untuk mencapai resolusi menyelesaikan masalah ini," kata Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe yang karier politiknya disorot karena peristiwa penculikan tersebut, seperti dilansir Reuters, Kamis, 3 Juli 2014.
Pemberian keringan sanksi ini dianggap hanya akan berdampak kecil pada perekonomian Korea Utara, tapi bisa menjadi langkah awal menuju membaiknya hubungan kedua negara. Keputusan ini diambil saat muncul kekhawatiran dunia atas program nuklir dan rudal Korea Utara. (Baca juga: Kim Jong-Un Ternyata Fan Berat Van Damme)
Abe menuturkan pemerintah Jepang telah menetapkan bahwa Korea Utara mengambil langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam membangun entitas baru untuk menyelidiki semua warga Jepang yang terlibat.
Harian bisnis Nikkei melaporkan, Korea Utara telah menyerahkan sedikitnya sepuluh nama warga negara Jepang yang disebut hidup di negaranya, termasuk beberapa di antaranya yang diyakini menjadi korban penculikan.
Adanya bukti beberapa korban penculikan masih hidup dipastikan akan meningkatkan popularitas Abe, meskipun pemerintah Jepang belum menerima laporan dari daftar tersebut.
Pemerintah Jepang menekankan bahwa keputusan tersebut sudah dikoordinasikan dengan Amerika Serikat dan Korea Selatan. Namun pihak Seoul berharap resolusi awal dari kasus penculikan itu dipastikan tetap sejalan dengan langkah internasional. (Baca: Korut Peringatkan Latihan Perang AS di Semenanjung)
Pada 2002, Korea Utara mengakui telah menculik sejumlah warga negara Jepang pada 1970-an dan 1980-an dengan alasan membantu pelatihan mata-mata. Pyongyang menyatakan delapan warga Jepang yang diculik telah meninggal dan kasusnya ditutup. Namun Jepang terus menekan untuk mendapat informasi nasib warganya.