Dua mayat yang diduga imigran gelap Indonesia tergeletak di dalam perahu kepolisian Malaysia dalam proses pencarian korban tenggelamnya perahu kayu yang berisikan 97 imigran gelap Indonesia di lepas pantai barat, Kuala Lumpur, Malaysia, 18 Juni 2014. REUTERS
TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Jumlah korban tewas akibat tenggelamnya kapal tongkang di sekitar tiga kilometer lepas pantai Kota Banting, Malaysia, pada Selasa lalu bertambah menjadi 14 jiwa setelah tiga jenazah ditemukan di dua tempat berbeda.
Dikutip dari Malaysian Insider, hari ini, mayat pertama ditemukan di dekat Pantai Morib, Pulau Carey, pada Kamis kemarin, pukul 17.00 waktu setempat, dan lainnya ditemukan di Port Klang sekitar pukul 18.30 waktu setempat. Berdasarkan informasi dari Kepala Kepolisian Inspektur Azman Abdul Razah, keduanya ditemukan tanpa dokumen apa pun.
Keempat belas orang yang terdiri atas sebelas pria dan tiga wanita ini merupakan korban dari tenggelamnya sebuah kapal kayu pada Selasa, 17 Juni 2014. Kapal yang mengangkut 97 orang warga negara Indonesia (WNI) diduga tenggelam akibat kelebihan muatan. (Baca: Lima TKI tewas AKibat kapal Tenggelam di Malaysia)
Puluhan orang ini diduga merupakan imigran gelap yang berusaha menuju Malaysia. Sebanyak 61 orang berhasil diselamatkan. Saat ini, tim penyelamat masih mencari 20 korban yang masih hilang.
Sementara itu, satu hari berselang, kapal lain juga dilaporkan kembali terbalik dan tenggelam di perairan Malaysia saat berlayar menuju Indonesia. Informasi dari Agensi Penguat Kuasa Maritim Malaysia yang disampaikan ke Kedutaan Besar Indonesia untuk Malaysia menjelaskan kapal pengangkut 27 TKI itu terbalik dan tenggelam di perairan Sepang, Selangor. (Baca: Kapal Angkut 27 TKI Tenggelam di Perairan Malaysia)
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.