TEMPO.CO, Bamako – Sedikitnya dua orang tewas dan 15 tahanan melarikan diri setelah tahanan yang merupakan militan islamis melepaskan tembakan untuk membuat jalan keluar dari penjara utama di ibu kota Mali, Bamako, pada Senin, 16 Juni 2014.
Menurut laporan Reuters, tembakan terdengar pada Senin sore di pusat Kota Bamako, menggarisbawahi kekhawatiran di negara yang didukung tentara Prancis dan PBB akibat penguasaan milian Al-Qaeda dalam dua tahun terakhir.
Boya Dembele, seorang pejabat senior dari Departemen Keadilan, menyatakan sebelumnya ada 23 tahanan yang melarikan diri, tapi delapan di antaranya berhasil ditangkap kembali. Adapun dua korban yang tewas merupakan seorang penjaga dan seorang tahanan.
Kejadian bermula saat Mohamed Aly Ag Wadousene, seorang tahanan kasus penculikan, memanfaatkan tukang pipa yang masuk ke selnya. Melihat kesempatan untuk kabur, ia lalu menembaki penjaga. Tidak jelas bagaimana Wadousene bisa mendapatkan senjata.
Dalam dua tahun terakhir, Mali telah bertahan dari ketidakstabilan politik sejak pemberontak Islam mengambil keuntungan dari kudeta tahun 2012 untuk merebut wilayah gurun di sebelah utara.
Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali
21 November 2015
Sayap Al-Qaeda Klaim Bertanggung Jawab Atas Serangan di Hotel Mali
Kelompok-kelompok bersenjata terus melakukan serangan di Mali meskipun telah terjadi kesepakatan perdamaian antara mantan pemberontak Tuareg di bagian utara dan kelompok bersenjata pro-pemerintah, Juni lalu.