2 Aktivis Myanmar Dilarang Pulang ke Tanah Airnya  

Reporter

Kamis, 12 Juni 2014 23:17 WIB

Chit Toke (depan), membantu ibunya mengangkat keranjang kerikil seberat 19 kg dari kapal tongkang di Yangon, Myanmar (10/4). AP/Gemunu Amarasinghe

TEMPO.CO, Rangoon — Kementerian Imigrasi dan Kependudukan Myanmar telah melarang mantan aktivis terkenal dan pemimpin redaksi satu jurnal mingguan berbahasa Inggris kembali ke negara itu. Maskapai penerbangan dan sejumlah kedutaan telah diberitahu bahwa keduanya dilarang masuk ke negaranya dengan alasan apa pun.

Direktur Jenderal Departemen Imigrasi dan Registrasi Nasional Maung Maung Than menjelaskan identitas dua orang yang dilarang masuk ke Myanmar adalah Moe Thee Zun, mantan pemimpin organisasi Pelajar Generasi 88 dan Moe Hein (Washington Roosevelt), pemimpin redaksi jurnal The Sun Rays.

"Kami informasikan ke maskapai penerbangan untuk tidak mengizinkan mereka terbang ke sini. Jika mereka datang juga, kami akan mendeportasi mereka. Itu hanya buang-buang waktu dan uang," kata Maung Maung Tha, seperti dilansir Irrawaddy, Rabu, 11 Juni 2014. (Baca:Suu Kyi Tuntut Hak Veto Militer Myanmar Dicabut)

Dia mengaku tidak mengetahui alasan keluarnya larangan itu. "Saya tidak tahu kenapa mereka dilarang pulang ke sini," ujarnya. Ia hanya menjelaskan ada perintah dari pejabat di Kementerian Imigrasi dan Kependudukan ke maskapai penerbangan pada 4 Juni lalu untuk tidak mengizinkan keduanya masuk ke Myanmar.

Keduanya selama ini tinggal di Amerika Serikat dan berkewarganegaraan Amerika. Istri dan anak laki-laki Moe Hein yang berkewarganegaraan Amerika juga dilarang masuk ke Myanmar.

Moe Thee Zun dulunya dikenal sebagai aktivis mahasiswa saat aksi demonstrasi menuntut pelaksanaan demokrasi di Myanmar. Ia menyelamatkan diri ke Thailand dan kemudian terbang ke Amerika Serikat. Pada 2012, ia kembali ke kampung halamannya dan berencana menetap selamanya. Namun, delapan bukan kemudian dia diberitahu untuk tidak memperbarui visanya.

Adapun Moe Hein yang mendirikan The Sun Rays, yang sebelumnya bernama Sunllight, kini berhenti bekerja setelah kantornya digerebek oleh satu kelompok orang. Diduga aktor penggerebekan ini adalah cucu dari diktator Myanmar, Jenderal Senior Than Shwe, dan anak dari Menteri Perdagangan Win Myint.

"Anak laki-laki Moe Hein berusia lima tahun saat ini dan dia juga masuk daftar hitam. Dia seharusnya tidak mengalaminya. Dia akan memulai sekolahnya di Burma (Myanmar). U Khin Yi (Menteri Imigrasi) bertanggung jawab," kata Moe Thee Zun. (Baca:Sensus Pertama di Myanmar, Rohingya Tak Diakui)

Myanmar Airways International, maskapai penerbangan Myanmar, membenarkan adanya instruksi untuk tidak mengizinkan masuk empat warga etnis Burma masuk ke Myanmar. "Kami baru saja meneruskan pengumuman ini ke kantor kami di Bangkok dan lainnya," kata juru bicara maskapai itu, Aye Mra Tha.

Pejabat di Myanmar Peace Center, Hla Maung Shwe, menjelaskan larangan itu terkait dengan situasi dalam negeri Myanmar yang memanas sehubungan dengan amandemen konstitusi. Para aktivis menuntut amandemen konstitusi yang dikhawatirkan akan mencederai perdamaian di Myanmar.




IRRAWADDY | MARIA RITA




Berita lainnya:
Jepang Marah Pesawatnya Didekati Dua Jet Cina
Parlemen Setujui Pengunduran Diri Raja Spanyol
Pimpin Majelis PBB, Menteri Uganda Dikecam

Berita terkait

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

29 Januari 2021

Militer Tuduh Pemilu Myanmar Dicurangi, Pemerintahan Aung San Suu Kyi Terancam

Militer Myanmar menuduh pemilu diwarnai kecurangan dan tidak mengesampingkan kemungkinan kudeta terhadap pemerintahan Aung San Suu Kyi

Baca Selengkapnya

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

10 Februari 2018

Investigasi Reuters: Cerita Pembantaian 10 Muslim Rohingya

Dua orang disiksa hingga tewas, sedangkan sisanya, warga Rohingya, ditembak oleh tentara.

Baca Selengkapnya

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

27 September 2017

Militer Myanmar Temukan 17 Jasad Umat Hindu, ARSA Dituding Pelaku

Militer Myanmar?kembali menemukan 17 jasad umat Hindu?di sebuah kuburan massal di Rakhine dan ARSA dituding sebagai pelakunya.

Baca Selengkapnya

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

26 September 2017

Dewan Keamanan PBB Lusa Bahas Nasib Rohingya

Dewan Keamanan PBB akan bertemu lusa untuk membahas penindasan Rohingya di Myanmar.

Baca Selengkapnya

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

26 September 2017

Myanmar Sebut Milisi Rohingya Tindas Warga Hindu di Rakhine

Pasukan militer?Myanmar mulai membuka satu persatu?tudingan?kekejaman?oleh?milisi Rohingya atau ARSA.

Baca Selengkapnya

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

25 September 2017

Pengadilan Rakyat Mendakwa Mynmar Melakukan Genosida

Pengadailan Rakyat Internasional menyimpulkan Myanmar melakukan genosida terhadap minoritas muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

23 September 2017

Bangladesh Bebaskan 2 Jurnalis Myanmar yang Ditahan di Cox Bazar

Kedua jurnalis Myanmar ini berpengalaman bekerja untuk berbagai media internasional.

Baca Selengkapnya

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

6 September 2017

Warga Hindu Ikut Jadi Korban Kerusuhan di Rakhine Myanmar  

Sebagian warga Hindu mengungsi ke Banglades dan tinggal berdampingan dengan warga Muslim Rohingya.

Baca Selengkapnya

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

5 September 2017

Jet Tempur Myanmar Hilang Kontak Saat Latihan

Satu pesawat tempur militer Myanmar hilang saat melakukan pelatihan penerbangan di wilayah selatan Ayeyarwady.

Baca Selengkapnya

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

27 Agustus 2017

Bentrok di Myanmar, Kemenlu: ASEAN Pegang Prinsip Non-Intervensi

ASEAN mendukung Myanmar dalam proses demokrasi, rekonsiliasi, dan pembangunan di negara tersebut dengan memegang prinsip non-intervensi.

Baca Selengkapnya