Seorang umat Yahudi ultra-Orodoks menangisi berita meninggalnya Rabi Ovadia Yosef, di Yerussalem, Israel, Senin (7/10). Rabi Yosef meninggal dunia pada usia 93 tahun. REUTERS/Ronen Zvulun
TEMPO.CO, Brussel – Polisi Belgia masih memburu seorang pria bersenjata yang menembak mati dua warga Israel dan satu warga Prancis di Museum Yahudi di Brussel, Belgia pada Sabtu, 24 Mei 2014 kemarin. Bahkan, keamanan di semua institusi Yahudi semakin diperketat menyusul serangan ini.
Dilaporkan Reuters hari ini, pejabat Belgia telah merilis sebuah rekaman video yang diambil dari kamera keamanan berdurasi 30 detik yang menampilkan penyerang. Di sana terlihat seorang pria bertopi gelap dan berjaket biru memasuki gedung, mengeluarkan senapan dari tas, dan menembakkannya ke sebuah ruangan.
“Dari gambar ini kami menyimpulkan bahwa pelaku mungkin bertindak sendirian dan mempersiapkannya dengan sangat baik,” kata Ine Van Wymersch, juru bicara kantor kejaksaan Brussels.
Mengenai motif penyerangan, Van Wymersch belum bisa mengkonfirmasi meski banyak yang menyebut ini serangan anti-semit atau anti-Yahudi.
Sementara itu, Presiden Prancis Francois Hollande begitu yakin bahwa ini merupakan serangan anti-Semit sebab beberapa jam setelah menembakan di Brussels, dua orang Yahudi diserang dan dipukuli di Paris saat meninggalkan rumah ibadah mereka.
Penyiar Woestijnvis/Proximus, Bart Raes, mengatakan penumpang mengetahui ancaman itu dan harus menunggu sepuluh menit sebelum diizinkan meninggalkan pesawat setelah mendarat.