TEMPO.CO, Ankara - Ratusan orang pekerja tambang masih terjebak di bawah tanah akibat ledakan besar di sebuah tambang di Provinsi Manisa, Turki. Mereka terancam kekurangan oksigen.
Menurut Menteri Energi Turki Taner Yildiz, ledakan yang diduga disebabkan arus hubungan pendek listrik mengakibatkan 151 pekerja tewas dan 76 orang luka-luka. Penyebab kematian lain adalah keracunan karbon monoksida. "Oksigen telah dipompa ke tambang untuk membantu mereka yang masih terjebak," katanya.
Lokasi pekerja berada 2 kilometer di bawah permukaan tanah dan 4 kilometer dari pintu masuk tambang.
Operasi penyelamatan besar-besaran terus dilakukan. Para kerabat korban berkumpul di dekat tambang yang dikelola swasta itu, sekitar 450 kilometer sebelah barat Ankara.
Perdana Menteri Recep Tayyip Erdogan telah menunda perjalanan ke Albania menyusul kecelakaan itu. Ia mengalihkan perjalanannya ke lokasi tambang.
Pemilik tambang, Soma Komur Isletmeleri, mengatakan penyelidikan sedang berlangsung. Ia menyatakan telah menerapkan prosedur keamanan maksimal atas tambang yang dikelolanya. "Prioritas utama kami adalah agar pekerja kami keluar dengan selamat dan kembali berkumpul bersama keluarga," katanya.
Pertambangan batu bara lignit adalah industri utama di wilayah itu. Produknya menjadi pemasok pembangkit listrik tenaga termal lignit di dekatnya. Para pengamat mengatakan catatan keselamatan tambang batu bara Turki tertinggal dari kebanyakan negara-negara industri.
Warga media sosial Turki menyatakan kecelakaan akan terus terjadi bila tidak ada pengetatan regulasi pemerintah. Buruknya standar keamanan pertambangan merupakan masalah klasik di Turki. Dalam sejarah, setiap kecelakaan tambang di negeri ini merengut nyawa mulai puluhan hingga ratusan orang.
Kecelakaan tambang bukan kali ini saja terjadi. Empat tahun lalu di Zonguldak, 30 penambang tewas dalam sebuah ledakan. Salah satu kecelakaan pertambangan terburuk terjadi di kota yang sama ketika lebih dari 250 penambang tewas pada 1992.