Seorang keluarga korban pesawat MH370 mengamuk di dalam bus saat menggelar aksi protes, sebelum menuju kantor Kedutaan Malaysia, Selasa (25/3), di Beijing, Cina. Perdana Menteri Malaysia, Najib Razak kemarin mengumumkan bahwa pesawat yang hilang tersebut jatuh di selatan Samudra Hindia. Lintao Zhang/Getty Images
TEMPO.CO, Kuala Lumpur - Pencarian pesawat Malaysia Airlines dengan nomor penerbangan MH370 telah menjadi pencarian skala internasional yang diikuti oleh sejumlah negara. Namun, terlepas dari tragedi yang menyedihkan ini, diakui oleh Kolonel Senior Angkatan Udara Tiongkok Liu Dian Jun, pencarian yang melibatkan tim SAR Tiongkok dan Malaysia ini telah mempererat hubungan antara Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat Tiongkok (PLAAF) dan Royal Malaysia Air Force (RMAF).
"Memang sangat menyedihkan bahwa kami belum mencapai tujuan dari operasi ini, tapi kami terus menerima dukungan dari Royal Malaysia Air Force (RMAF) dalam seluruh proses pencarian. Saya berharap kerja sama ini akan berlangsung selamanya," kata Liu, seperti dilaporkan Star, Sabtu, 3 Mei 2014.
Perkataan Liu itu juga disambut baik oleh pejabat RMAF, Brigadir Jenderal Datuk Haji Sanusi Samion. Ia berpendapat bahwa hubungan antara kedua angkatan udara semakin dekat sejak dijalankannya misi SAR di kedua negara. Ia menilai PLAAF telah memberikan banyak kontribusi.
"Atas nama RMAF dan negara, kami mengucapkan banyak terima kasih untuk kerja keras dan pengorbanannya," katanya.
Sementara itu, meski beberapa kali warga Tiongkok yang merupakan keluarga korban MH370 melakukan protes kepada pemerintah dan Malaysia Airlines, hubungan kedua negara sebenarnya tetap baik. "Sejarah telah menunjukkan Malaysia dan Tiongkok akan selalu berdamai," kata seorang petugas PLAAF.