Perdana Menteri Spanyol Mariano Rajoy. (AP Photo/Paul White)
TEMPO.CO, Navarre - Sekitar 2.500 penduduk Etxarri Aranatz, Provinsi Navarre, melakukan referendum tak resmi pada Ahad, 13 April 2014. Tujuannya adalah melepaskan diri dari Spanyol dan mendirikan negara Basque.
Berada di sebelah utara Spanyol, negara Basque terdiri atas Alava, Biscay, dan Gipuzkoa. Pada hari referendum, masyarakat Navarre memperdengarkan lagu-lagu tradisi Basque. "Dukungan untuk kemerdekaan Basque sangat kuat di Navarre," tulis RT.com.
Tidak hanya Basque yang menuntut pemerintahan otonomi ke Spanyol. Penduduk Catalonia pun menginginkan hal yang sama. Bahkan, menurut Anna Arque, juru bicara Catalonia di Kemitraan Eropa untuk Kemerdekaan (EPI), referendum itu tidak hanya penting bagi masyarakat Basque. "Tetapi juga untuk Catalan dan semua bangsa di Eropa yang tengah dalam prises menentukan nasib sendiri," ujar Arque.
Kota Extarri Aranatz berada di jantung Navarre, 40 kilometer dari Pamplona. Mayoritas penduduk Extarri Aranatz menganggap dirinya berkebangsaan Basque dan berbicara dalam bahasa Basque. Di lain pihak, penduduk Catalonia menggunakan tuturnya sendiri.
Selasa pekan lalu, pemerintah Spanyol menolak proposal kemerdekaan Catalonia. Kongres Spanyol sempat memperdebatkan mosi kemungkinan perpisahan Catalonia. Namun, hanya 47 suara yang mendukung, sedangkan 299 lainnya menolak.
Presiden Catalonia Artur Mas berjani akan menggelar referendum pada 9 November 2014 bila Spanyol tetap menolak keinginan mereka. Namun menurut Perdana Menteri Spanyol, Mariano Rajoy, pemungutan suara itu akan tetap dianggap ilegal. "Karena konstitusi Spanyol hanya mengizinkan pemerintah pusat yang melakukan referendum kedaulatan, bukan pemerintah daerah," ujar Rajoy.