TEMPO.CO, Selangor - Pemimpin oposisi Malaysia, Datuk Seri Anwar Ibrahim, membenarkan dirinya pergi ke gereja Holy Family Church di Kajang, Selangor, akhir Februari lalu. Ia mengatakan berdoa untuk Yesus Kristus di gereja itu.
"Kunjungan saya ke gereja bukan sesuatu yang baru. Saya sudah melakukannya sejak berkecimpung di Gerakan Pemuda Islam Malaysia," kata Anwar saat memberikan kuliah magrib di Surau Al-Muqaddis, Kajang, Senin malam, 3 Maret 2014.
Sebelumnya Anwar menerima hujan kritik dari kelompok sayap kanan Malaysia atas kunjungan dan doanya di gereja. Namun Anwar tidak ambil pusing.
Menurut Anwar, kedatangannya ke gereja dan melakukan dialog dengan umat Kristen di gereja untuk menjernihkan salah paham yang terjadi antara umat Islam dan Kristen di negara itu. "Saya penganut Islam. Yesus adalah Isa. Bukan hanya Isa, saya mengatakan Isa Alaihissalam (Yesus pembawa damai)," ujarnya.
Anwar menjelaskan bahwa Islam menghormati setiap manusia dengan keragaman suku, ras, dan warna kulitnya.
Menurut Anwar, ada pihak-pihak yang sedang mengeruhkan hubungan di antara umat beragama di negara itu dengan melakukan insiden-insiden. Pelakunya dibiarkan, sementara orang-orang yang tidak bersalah ditangkap.
Ia menuding Putrajaya membiarkan kebencian dan kekerasan terjadi untuk menenggelamkan pesan-pesan damai dan harmonis. Ia juga menyesalkan sejumlah media yang keliru memberitakan tentang kunjungannya ke gereja.
Anwar merupakan kandidat dari Partai Keadilan Rakyat (PKR) yang dijagokan dalam pemilihan legislatif di Kajang pada Maret ini. Pemilihan anggota parlemen digelar setelah Lee Chin Cheh mundur dari jabatannya pada 27 Januari lalu. Lee didukung oleh PKR saat duduk di parlemen.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.