Rombongan truk militer Rusia berjalan dari Sevastopol menuju Simferopol di Crime, Ukraina (1/3). Pemerintahan Ukraina menyebut tindakan Rusia sebagai tindakan invasi terhadap Crimea yang dapat meningkatkan ketegangan antara dunia Timur dan Barat. REUTERS/Baz Ratner
TEMPO.CO, Kiev – Pengiriman pasukan yang dilakukan Rusia menuju Crimea, Ukraina, telah menuai kecaman dari Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO). Kepala NATO Anders Fogh Rasmussen telah meminta Rusia untuk menarik mundur pasukannya.
“Kami menyerukan kepada Rusia untuk mengurangi ketegangan dan segera menarik pasukan dari Crimea,” katanya seperti dikutip dari BBC, Senin, 3 Maret 2014. Menurut dia, Rusia juga harus menahan diri dari gangguan apa pun di tempat lain di Ukraina.
Pada saat bersamaan, sekelompok orang bersenjata menguasai dua bandar udara Simferopol dan gedung parlemen Crimea. Mereka juga mengibarkan bendera Rusia di puncak gedung parlemen. Warga Crimea kebanyakan berasal dari etnis Rusia. Dari 46 juta jiwa penduduk Ukraina, 77 persen warga etnis Ukraina dan 17 persen etnis Rusia, sisanya dari Belarus.
Perkembangan di Ukraina memang masih panas setelah demonstran berhasil memaksa parlemen untuk memakzulkan Presiden Viktor Yanukovych pada Sabtu, 22 Februari 2014. Yanukovych kemudian melarikan diri ke wilayah yang didominasi etnis Rusia, dan Kamis lalu dikabarkan berlindung di Moskwa.