Beras Tak Dibayar, Petani Thailand Ajukan Petisi  

Reporter

Jumat, 7 Februari 2014 16:33 WIB

Seorang pendemo anti pemerintah melambaikan bendera nasional Thailand saat kereta monorail melintas di kawasan Victory Monument di Bangkok (13/1). Pendemo anti pemerintah menutup sejumlah kawasan protokol di Bangkok dan menyebabkan aktivitas di pusat bisnis terganggu. (AP Photo/Apichart Weerawong)

TEMPO.CO, Jakarta - Petani di wilayah tengah Thailand mengajukan petisi kepada Komisi Anti-Korupsi Nasional (NACC) untuk mencari tindakan hukum terhadap pemerintah yang belum melunasi pembayaran beras. Mereka berasal dari perwakilan Chai Nat, Singburi, Suphanburi, Ang Thong, Ayutthaya, Saraburi, dan Najhon Nayok.

"Ini langkah terakhir kami, setelah enam bulan beras pembayaran pemerintah menunggak. Utang kami menumpuk untuk hidup sehari-hari," kata Presiden Dewan Pertanian asal Ang Thong, Songpol Pulsawat, Jumat, 7 Februari 2014.

Pemerintahan Perdana Menteri Yingluck Shinawatra mengeluarkan kebijakan membeli beras para petani lokal dengan harga yang lebih tinggi dari pasaran. Langkah ini diambil untuk mendapatkan dukungan dari para petani yang merupakan penopang kemenangan dalam pemilu 2011.

Namun kondisi ekonomi dunia yang terus memburuk mengakibatkan harga beras anjlok. Pemerintah telah menyimpang 18 juta ton beras di gudang. Beras itu belum dijual karena harga yang timpang akan mengakibatkan pemerintah semakin merugi.

Apalagi, NACC mengindikasikan proyek ini telah merugikan negara US$ 4 miliar setiap tahun. NACC sedang mengusut pejabat yang terlibat dalam pengambilan keputusan ini.

Sebelumnya, pemerintah Thailand berjanji akan mengucurkan dana itu pada 31 Januari, namun batal. Alasannya, pemerintah sulit mengambil kebijakan setelah parlemen dibubarkan. Adapun saat itu negara juga sedang kekurangan uang.

Songpol mengatakan petani akan memberi batas waktu kepada pemerintah untuk melakukan pembayaran sampai 15 Februari 2014. Jika tidak kunjung ada pembayaran, mereka akan mengambil langkah lain. "Kami belum memutuskan langkah itu," katanya.

Wakil Sekretaris Jenderal NACC Wittaya Arkompitak mengatakan para pimpinan Komisi akan membahas keluhan ini dalam pertemuan pada 11 Februari 2014. Mereka juga akan ke lapangan untuk mendapatkan keterangan yang komprehensif. "Kami akan pelajari dulu," katanya.

Pimpinan unjuk rasa anti-pemerintah, Suthep Thaugsuban, sedang menggalang dana bantuan untuk para petani. Dia menargetkan bisa mendapatkan 10 juta bath untuk membayar semua utang terhadap petani. Suthep sedang menarik simpati petani untuk mendukung kelompok anti-pemerintah.

BANGKOK POST | THE NATION | EKO ARI

Berita terkait

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

18 November 2018

Lupakan Kekalahan dari Thailand, Timnas Indonesia Bidik Filipina

Timnas Indonesia sekarang fokus pada pertandingan terakhir Piala AFF 2018 melawan Filipina di Jakarta pada 25 November mendatang.

Baca Selengkapnya

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

26 Oktober 2017

110 Ribu Orang Hadiri Kremasi Raja Thailand, Bhumibol Hari Ini

Sekitar 110 ribu orang diizinkan memasuki area dekat jenazah Raja Thailand, Bhumibol Adulyadej yang akan dikremasi hari ini.

Baca Selengkapnya

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

30 Agustus 2017

Thaksin Tweet 'Tirani' Montesquieu Kritik Junta Militer Thailand  

Thaksin Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand meng-tweet ucapan Montesquieu tentang tirani untuk mengkritik junta militer.

Baca Selengkapnya

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

27 Agustus 2017

Yingluck Lari ke Dubai Bergabung dengan Thaksin, Abangnya  

Yingluck Shinawatra, eks Perdana Menteri Thailand, terbang ke Singapura lalu ke Dubai, negara tempat Thaksin, abangnya tinggal sebagai eksil.

Baca Selengkapnya

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

11 Agustus 2017

Hebat, Nenek 91 Tahun Raih Gelar Sarjana di Thailand

Kimlan Jinakul, nenek asal Thailand meraih gelar sarjana ekologi dari Universitas Terbuka Sukhothai Thammathirat

Baca Selengkapnya

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

20 Juli 2017

UU Baru Disahkan, Raja Thailand Kuasai Warisan Rp 399,2 Triliun

Raja Thailand kini menguasai penuh warisan kerajaan itu, menyusul pemerintah mengesahkan sebuah undang-undang baru.

Baca Selengkapnya

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

11 Juni 2017

Hina Kerajaan Thailand di Facebook, Pria Ini Dipenjara 35 Tahun

Wichai, 34 tahun, asal Thailand, harus menjalani hukuman 35 tahun karena unggahannya di Facebook dianggap menghina keluarga Kerajaan Thailand.

Baca Selengkapnya

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

16 Mei 2017

Karena Video Tato Vajilalongkorn, Thailand Ancam Adili Facebook

Pemerintah Kerajaan Thailand mengancam akan mengadili Facebook jika tidak menghapus video yang menampilkan tubuh bertato Raja Maha Vajiralongkorn

Baca Selengkapnya

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

11 Mei 2017

FB Blokir Video Raja Thailand, Vajiralongkorn Seliweran, Bertato  

FB memblokir video yang menunjukkan Raja Thailand, Vajiralongkorn, berseliweran di pusat belanjadengan mengenakan kaus dan tubuh bertato.

Baca Selengkapnya

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

28 April 2017

Anggap Dirinya Kebal, Dukun Ini Tewas Saat Atraksi

Seorang dukun di wilayah Chieng Mai, Thailand, tewas setelah ia sengaja menikam jantungnya sendiri karena menganggap dirinya kebal.

Baca Selengkapnya