TEMPO.CO, Nairobi - Pembajak menangkap kapal dagang di Laut Merah dan membawanya ke selatan menuju perairan Somalia. Ini adalah pembajakan pertama yang berhasil di wilayah itu sejak tahun 2012, kata para pejabat maritim, Ahad 19 Januari 2014.
Kapal, yang diidentifikasi sebagai MV Marzooqah, mengirimkan sinyal marabahaya pada Sabtu 18 Januari 2014 malam di Laut Merah dan kemudian berbalik kembali ke Teluk Aden, kata Sekretaris Jenderal Seafarers Union of Kenya Andrew Mwangura, kepada Reuters.
Jumlah serangan oleh perompak Somalia menurun tajam pada tahun 2013, terutama karena upaya dari angkatan laut internasional. Namun para ahli maritim mengatakan masalah seperti itu akan akan tetap ada selama geng mereka yang beroperasi dari daratan Somalia tidak ditumpas.
"Sekarang kami mencoba untuk mengikuti kapal ini untuk mencoba mencari tahu ... kelompok bajak laut mana yang menahan mereka dan apa tuntutan mereka," kata Mwangura, yang berbasis di kota pelabuhan Mombasa, Kenya.
Dia mengatakan kapal tersebut diawaki oleh orang India, Mesir dan Suriah. Ada sekitar lima orang bersenjata masih di kapal. Kapal yang sama juga pernah diserang tahun 2011, namun melarikan diri saat itu. Mwangura tidak mengatakan berapa awak di kapal itu.
The European Union Naval Force Somalia (EU NAVFOR) mengaku sudah memiliki informasi soal serangan terhadap kapal dagang di di Laut Merah, di luar wilayah operasinya yang terletak lebih jauh ke selatan, kapal itu sekarang di bawah kendali bajak laut.
Mayor Jacqueline Sherriff, juru bicara EU NAVFOR yang berbasis di London, mengatakan, mereka akan menggunakan pesawat patroli maritim untuk menyelidiki dan akan menggunakan aset angkatan laut setelah kapal memasuki wilayah operasionalnya. Wilayah operasi EU NAVFOR meliputi ujung selatan Laut Merah, Teluk Aden, dan Samudera Hindia.
Ada 176 serangan pembajakan yang dikonfirmasi di wilayah tersebut pada tahun 2011 dan 36 pada tahun 2012. Sherriff mengatakan, jumlah pembajakan turun menjadi tujuh pada tahun 2013 dan tidak ada kapal yang berhasil dibajak. Tapi ia mengatakan bahwa angkatan laut telah lama memperingatkan pada pelaut bahwa ancaman pembajakan tetap ada.
Reuters | Abdul Manan
Berita terkait
Disandera selama 4,5 Tahun, WNI Bebas dari Perompak Somalia
23 Oktober 2016
Satu sandera WNI meninggal dunia karena sakit malaria pada 2014.
Baca SelengkapnyaPerompak Somalia Bebaskan 13 Pelaut Indonesia
3 Desember 2011
Kapal MT Gemini yang dibajak oleh komplotan perompak Somalia sejak delapan bulan yang lalu akhirnya dibebaskan pada 30 November 2011.
Baca SelengkapnyaPerompak Somalia Dibahas di Forum Internasional
8 November 2011
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan pembajakan di laut Somalia sudah menjadi perhatian masyarakat internasional dan akan dibahas dalam forum-forum multilateral.
Baca SelengkapnyaPembajak Somalia Bebaskan Kapal Jerman, Ditebus Rp 50 Miliar
17 Juni 2011
Kapal Indonesia juga pernah dibajak.
Baca SelengkapnyaPembajakan Laut, Dunia Dirugikan US$ 12 Miliar
6 Juni 2011
Belum ada langkah konkret untuk mengatasi pembajakan laut.
Baca SelengkapnyaDana Penyelamatan Korban Lanun Somalia Sekitar Rp 50 Miliar
23 Mei 2011
Menteri Pertahanan Purnomo Yusgiantoro mengatakan operasi penyelamatan awak kapal MV Sinar Kudus menghabiskan dana sekitar Rp 50 miliar.
Baca SelengkapnyaDipo: Hanya Mata Kalong yang Tak Bangga
22 Mei 2011
Sekretaris Kabinet Dipo Alam menyatakan semua rakyat Indonesia bangga dan mengapresiasi keberhasilan operasi Satgas Merah Putih yang berhasil menyelamatkan seluruh awak Kapal Kargo Sinar Kudus yang disandera bajak laut Somalia.
Baca SelengkapnyaSBY Beri Tiga Tugas Operasi Militer Somalia
22 Mei 2011
Presiden tak mau awak Sinar Kudus mengalami nasib naas seperti pelaut Amerika Serikat yang tewas itu.
Baca SelengkapnyaTernyata 999 Personil Dikirim Atasi Bajak Laut Somalia
22 Mei 2011
Pemerintah ternyata mengirim total sejumlah 999 personel gabungan anggota TNI, BIN dan anak buah kapal untuk operasi pembebasan Kapal Kargo Sinar Kudus dari perompak Somalia.
Baca SelengkapnyaIni Alasan SBY Emoh Blak-blakan Soal Operasi Sinar Kudus
22 Mei 2011
"Saya menahan diri dua bulan untuk tidak berbicara karena saya tidak ingin prajurit yang sedang bertugas, jiwa dan raganya dikorbankan," kata Yudhoyono.
Baca Selengkapnya