Manar Alwadiya (kanan) memandikan adiknya Oday di pekarangan rumahnya di Kota Gaza (12/9). Sekitar 45 persen warga Gaza yang hidup dalam kemiskinan yang parah, yang didefinisikan oleh PBB sebagai hidup dengan kurang dari $2 per hari. AP/Adel Hana
TEMPO.CO, Jalur Gaza – Puluhan keluarga Palestina yang tinggal di pemukiman padat Jalur Gaza terpaksa mengungsi karena banjir akibat hujan es, Kamis, 12 Desember 2013.
Beberapa rumah yang reyot runtuh ditimpa hujan es. Sebagian warga mengungsi ke sekolah-sekolah.
Menurut Kementerian Kesehatan, sebanyak 30 orang luka-luka akibat gedung runtuh dan kecelakaan mobil. Gaza perpenduduk 1,8 juta orang, dipimpin kelompok Hamas. Listrik di kawasan itu mati 12 jam setiap harinya, sejak satu-satunya pembangkit listrik ditutup bulan lalu karena kekurangan bahan bakar (berita seputar Gaza klik di sini).
Kawasan itu terletak di pesisir sehingga tidak merasakan salju seperti di wilayah lain. Akan tetapi, hujan lebat menumbangkan pepohonan dan merusak 200 rumah.
“Ini cuaca terburuk dalam 20 tahun terakhir. Tidak ada listrik, bahan bakar dan gas untuk memasak. Banyak rumah kebanjiran dan rusak,” kata seorang pemilik toko seperti dikutip Al Jazeera. “Kami memerlukan intervensi dari seluruh dunia untuk menyelamatkan kehidupan kami.
Penduduk setempat membuat jembatan darurat dengan batu bata dan kayu. Sementara tim tanggap darurat menggunakan truk-truk berat dan perahu kecil untuk menolong warga yang terjebak banjir.
Salah satu kota terpadat di bumi, Gaza, kekurangan infrastruktur dasar dengan kepungan blokade Israel-Mesir. Tidak saja senjata, tetapi juga bahan bakar, bahan material dan kebutuhan sembako pun sulit sampai di Gaza.
“Seluruh negara lumpuh akibat blokade,” kata seorang warga Gaza. “Dunia menyaksikan Gaza menderita dilanda banyak bencana, tetapi tidak melakukan apa-apa.”
Di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Yerusalem, banyak sekolah dan kantor ditutup. Bahkan, transportasi publik dihentikan.
Hamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan
18 September 2017
Hamas - Fatah Berdamai, Palestina Menuju Satu Pemerintahan
Hamas menerima persyaratan damai yang ditawarkan kepala gerakan Fatah sekaligus Presiden Palestina, Mahmoud Abbas, untuk mengakhiri dua pemerintahan di Palestina.