Menteri Luar Negeri Malaysia Dato' Sri Anifah Hj. Aman (kiri), berbincang dengan Menteri Luar Negeri Indonesia, Marty Natalegawa, saat konferensi pers di Jakarta, Kamis, 17 Jun 2010. (AP Photo/Tatan Syuflana)
TEMPO.CO, Kuala Lumpur – Belum usai ketegangan akibat kasus penyadapan yang melibatkan Australia dan Indonesia, kini mencuat kasus baru yang menyangkutkan dua negara bertetangga lainnya, yakni Singapura dan Malaysia. Sebuah laporan menyebutkan, Singapura diduga membantu AS dan Australia untuk memata-matai seluruh Asia, termasuk Indonesia dan Malaysia.
Laporan ini membuat pemerintah Malaysia geram. Hari ini, Selasa, 26 November 2013, pemerintah Malaysia memanggil komisi tinggi Singapura untuk meminta penjelasan atas kasus ini. “Tindakan memata-matai teman dan tetangga tidak bisa diterima,” kata Menteri Luar Negeri Malaysia, Anifah Aman, dalam sebuah pernyataan, seperti dikutip BBC.
Menurut laporan Sydney Morning Herald (SHM), Indonesia dan Malaysia telah menjadi target mata-mata selama beberapa dekade. Singapura dianggap sebagai lokasi yang tepat untuk mendapatkan informasi yang hendak diperoleh AS dan Australia.
SHM menambahkan, sejak 1970, Australia dan Singapura telah bekerja sama untuk mengumpulkan data intelijen dari Indonesia dan Malaysia. Bahkan, Korea Selatan juga disebut terlibat dalam penyadapan ini.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.