Timor Leste Akan Lebih Ketat Awasi Media  

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Sabtu, 19 Oktober 2013 13:00 WIB

Peta Timor Leste. everynation.org.ph

TEMPO.CO, Dili - Pemerintah Timor Leste menganggap pers di negaranya masih kurang baik dalam hal profesionalisme, akurasi, dan pemahaman etika. Oleh karena itu, pemerintah menilai undang-undang di bidang pers perlu dibuat, salah satunya untuk menghukum pelanggar etika jurnalistik.

Rancangan Undang-Undang (RUU) yang kini tengah digodok oleh parlemen Timor Leste, tulis Al Jazeera, bisa memberlakukan pembatasan yang sangat ketat dan mengatur secara detail, termasuk siapa saja yang bisa menjadi seorang jurnalis. Di dalamnya juga berisi ketentuan bagaimana pelanggaran etika jurnalistik harus ditangani.

Politikus yang juga mantan perdana menteri Mari Alkatiri mendukung RUU harus segera disahkan. "Media adalah kekuatan. Setiap kekuasaan harus memiliki beberapa batasan," kata Alkatiri dalam sebuah wawancara di kantornya di Dili.

"Jika politikus melakukan kesalahan, dia harus bertanggung jawab atas kesalahannya. Jika sebuah perusahaan membuat kesalahan, mereka harus bertanggung jawab. Tapi wartawan di sini, tidak. Mereka bebas untuk berbuat kesalahan, karena mereka adalah wartawan," katanya.

Dalam beberapa pekan terakhir Menteri Komunikasi Sosial Nelio Isaac Sarmento mengunjungi Indonesia dan Portugal untuk membahas cara-cara untuk memperkuat industri media negaranya. "Hampir semua wartawan muda mulai bekerja setelah lulus. Mereka langsung memasuki dunia profesi itu dengan pelatihan hanya satu atau dua minggu. Itu tidak cukup," katanya.

Sarmento, seperti dikutip Diario Nacional, mengatakan harus ada konsekuensi bagi mereka yang berlatih jurnalisme tanpa mandat yang tepat. "Sanksi akan diberikan kepada orang-orang yang mengatakan bahwa mereka adalah wartawan (tapi tak profesional). Hukum media dan kode etik akan digunakan bagi yang melanggar hukum," katanya .

Tapi di era jurnalisme warga, RUU itu merupakan ancaman bagi kebebasan pers. Toby Mendel dari Centre for Law and Democracy yang berbasis di Kanada menyatakan pemerintah tak perlu masuk terlalu dalam di dunia jurnalistik. "Hal yang penting untuk dimasukkan ke dalam sistem adalah meningkatkan profesionalisme media, termasuk melalui sistem pengaduan bagi anggota masyarakat," ujar Mendel.

Ia menyatakan, pengawasan masyarakat justru lebih efektif. "Menurut hukum internasional, sistem self-regulatory yang dijalankan oleh media itu sendiri dianggap lebih tepat daripada sistem hukum," katanya.

Keluhan tentang kinerja media tersebar luas di Timor Leste. Wartawan --sebagian besar masih muda-- di negara yang lebih dari 60 persen penduduknya berusia di bawah 18 tahun itu mengeluhkan kurangnya pelatihan dan pendampingan. Akibatnya, aturan dasar jurnalistik --seperti mengkonfirmasikan informasi, memisahkan fakta dari opini, dan memberitahu semua sisi cerita-- tidak diindahkan.

Dari sisi media, tingginya angka buta huruf di atas 40 persen adalah tantangan tersendiri. Selain itu, beragamnya bahasa dan dialek di negeri itu membuat mereka kesulitan menentukan bahasa mana yang akan digunakan untuk media. Portugis dan Tetum adalah bahasa resmi negara, namun sekitar dua lusin bahasa dan dialek lain juga diucapkan.

"Pembaca kami tidak berbicara dengan bahasa yang sama," kata Mariano Martins, yang menulis untuk situs Timoroman.

Al JAZEERA | TRIP B

Berita terkait

Fretelin Klaim Menang Pemilu Timor Leste

25 Juli 2017

Fretelin Klaim Menang Pemilu Timor Leste

Fretelin mengklaim sebagai pemenang pemilu legislatif Timor Leste.

Baca Selengkapnya

Perkenalkan, Lu Olo Pemenang Pemilu Presiden Timor Leste

21 Maret 2017

Perkenalkan, Lu Olo Pemenang Pemilu Presiden Timor Leste

Pemilu 2017 merupakan pemilu presiden Timor Leste ketiga yang diikuti Lu Olo.

Baca Selengkapnya

Pemilu, Lu Olo Dipastikan Jadi Presiden Timor Leste

21 Maret 2017

Pemilu, Lu Olo Dipastikan Jadi Presiden Timor Leste

Dengan hasil suara mencapai 57,63 persen, Lu Olo dipastikan akan menjabat sebagai Presiden Timor Leste menggantikan Taur Matan Ruak.

Baca Selengkapnya

Lu Olo Unggul Sementara di Pilpres Timor Leste

21 Maret 2017

Lu Olo Unggul Sementara di Pilpres Timor Leste

Calon Presiden Franssico Guteres alias Lu Olo sementara unggul
dalam pemilu presiden atau pilpres Timor Leste yang digelar
Senin lalu

Baca Selengkapnya

Pemilu Presiden, Presiden Timor Leste Antre 15 Menit

20 Maret 2017

Pemilu Presiden, Presiden Timor Leste Antre 15 Menit

Presiden Timor Leste Tuar Matan Ruak dan mantan Presiden Ramos Horta harus antre hingga 15 menit untuk menggunakan hak pilihnya di pemilu presiden.

Baca Selengkapnya

Pemilu Presiden, Warga Timor Leste Antusias Gunakan Hak Pilih

20 Maret 2017

Pemilu Presiden, Warga Timor Leste Antusias Gunakan Hak Pilih

Sekitar 700 ribu warga Timor Leste di Timor Leste pada Senin,
20 Maret 2017 berbondong- bondong mendatangi TPS untuk memilih
Presiden Timor Leste

Baca Selengkapnya

Pilpres Timor Leste, Fransico dan Antonio Klaim Menang 1 Putaran

20 Maret 2017

Pilpres Timor Leste, Fransico dan Antonio Klaim Menang 1 Putaran

Lu Olo, yang sudah tiga kali bertarung memperebutkan kursi presiden, selalu menang pada pemilihan putaran pertama, tapi kalah di putaran kedua.

Baca Selengkapnya

Pemilu Timor Leste, Ribuan Warga Dilli Pulang Kampung

19 Maret 2017

Pemilu Timor Leste, Ribuan Warga Dilli Pulang Kampung

Ribuan warga di Kota Dilli, Timor Leste sudah kembali ke kampung halamannya agar bisa menggunakan hak pilihnya dalam pemilu presiden 20 Maret 2017.

Baca Selengkapnya

Pemilu Timor Leste, Kandidat dari Fretelin dan Demokrat Bersaing

19 Maret 2017

Pemilu Timor Leste, Kandidat dari Fretelin dan Demokrat Bersaing

Pemilu Timor Leste, dua dari delapan kandidat presiden berpeluang melaju ke putaran kedua,yakni Lu Olo dan Antonio.

Baca Selengkapnya

Delapan Kandidat Bertarung di Pemilu Presiden Timor Leste  

17 Maret 2017

Delapan Kandidat Bertarung di Pemilu Presiden Timor Leste  

Sebanyak delapan kandidat Presiden Timor Leste akan bertarung pada pemilu yang digelar pada Senin, 20 Maret 2017.

Baca Selengkapnya