Tokoh Al-Qaeda Diculik, Libya Minta Klarifikasi AS

Reporter

Editor

Abdul Manan

Senin, 7 Oktober 2013 10:12 WIB

Anas al-Libi. AP/FBI

TEMPO.CO, Tripoli - Pemerintah Libya, Ahad, 6 Oktober 2013, meminta klarifikasi dari Amerika Serikat tentang sebuah penculikan di Tripoli terhadap pemimpin Al-Qaeda terkait dengan pemboman Kedutaan AS 1998 di Afrika Timur.

Reaksi pemerintah ini terjadi sehari setelah pasukan khusus Amerika Serikat menangkap Nazih Abdul-Hamed al-Ruqai, yang dikenal dengan nama Anas al-Libi, dalam sebuah penyergapan. Al-Libi berada di daftar paling dicari FBI dengan hadiah US$ 5 juta bagi yang berhasil memberi petunjuk pada penangkapannya.

Dalam pernyataannya, pemerintah Libya menyatakan sudah "menghubungi pihak berwenang AS dan memintanya memberikan klarifikasi" mengenai penculikan al-Libi. Libya juga mengatakan pihaknya berharap insiden itu tidak akan mempengaruhi hubungan strategis dengan Amerika Serikat.

Serangan di Tripoli ini adalah salah satu dari dua operasi kontraterorisme yang dilakukan oleh AS pada Sabtu, 6 Oktober 2013. Di Somalia, Navy SEALs menyerbu tempat yang diyakini sebagai persembunyian pemimpin Al-Shabab di Kenya. Penggerebekan itu dibatalkan setelah terjadi baku tembak hebat.Tidak ada korban dalam dua operasi ini.

Serangan terhadap dua kelompok ekstremis Islam ini terkait dengan peran mereka dalam pengeboman Kedutaan AS di Dar es Salaam, Tanzania, dan Nairobi, Kenya, pada 7 Agustus 1998, yang menewaskan lebih dari 220 orang.

Juru bicara Departemen Pertahanan AS George Little mengatakan, Sabtu, 6 Oktober 2013, al-Libi "saat ini sah ditahan oleh militer AS di lokasi yang aman di luar Libya." Dia tidak mengungkapkan rincian lebih lanjut soal penahanan terhadap al-Libi itu.

Koresponden CBS News David Martin melaporkan, penyergapan ini sangat berisiko karena terjadi di ibu kota. Menurut Martin, al-Libi saat ini kemungkinan sudah berada di sebuah kapal di Mediterania, di mana ia akan diinterogasi sebelum dibawa ke AS untuk diadili.

Saudara al-Libi, Nabih, 49 tahun, mengisahkan soal penangkapan itu. Sabtu, 6 Oktober 2013 pagi, al-Libi parkir di luar rumahnya setelah salat subuh. Tiba-tiba ada tiga kendaraan mengepungnya. Dari dalamnya keluar orang-orang bersenjata, menghancurkan jendela mobil al-Libi, merebut senjatanya, menangkap, dan membawanya pergi. Kata Nabih, istri al-Libi melihat penculikan itu dari jendela rumahnya.

Al-Libi adalah komandan tepecaya Al-Qaeda yang menghabiskan waktu dengan pemimpin Al-Qaeda Osama bin Laden ketika ia berbasis di Sudan dan kemudian Afganistan pada pertengahan 1990-an. Selain menjadi tersangka dalang pemboman kedutaan AS 1998 di Afrika Timur, al-Libi diyakini sebagai penulis buku "manual teror" Al-Qaeda. Ia diperkirakan kembali ke Libya selama perang saudara tahun 2011 yang menyebabkan terbunuhnya Muammar Qaddafi.

Menteri Luar Negeri AS John Kerry, Ahad, 6 Oktober 2013 mengatakan, penggerebekan itu akan mengirim pesan kepada dunia bahwa teroris "dapat menjalankan operasinya tetapi mereka tidak bisa bersembunyi."

"Kami berharap bahwa ini menjadi pesan jelas bahwa Amerika Serikat tidak akan pernah berhenti menuntut pertanggungjawaban mereka yang melakukan aksi teror," kata Kerry, di sela menghadiri pertemuan KTT APEC di Bali, Indonesia.

CBS | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya