Seorang petugas penyelidik PBB mengambil sampel pasir di sekitar misil yang dicurigai sebagai senjata kimia di Damascus, Suriah (28/8). Sejumlah pakar senjata kimia diterjunkan PBB untuk menyelidiki keberadaan dan asal senjata kimia yang menyerang warga sipil Suriah. (AP Photo/United media office of Arbeen)
Tim yang dipimpin oleh Ake Sellstrom diharapkan dapat menguji dugaan penggunaan senjata kimia hingga 14 kali selama perang di Suriah yang telah berjalan 30 bulan.
Para ahli yang mendapatkan tugas dari PBB ini bulan lalu berada di Suriah untuk melakukan pemeriksaan penggunaan senjata kimia. Seusai bertugas, pada Senin, 16 September 2013, mereka membuat kesimpulan bahwa telah terjadi penggunaan senjata kimia dalam skala luas.
Menurut laporan tim investigasi PBB, secara jelas ada gas perusak saraf digunakan dalam serangan di sebelah timur Ghouta, kawasan dekat Damaskus pada 21 Agustus 2013.
Sellstrom menerangkan, laporan yang dia sampaikan sifatnya dokumen sementara, sedangkan siapa pelakunya belum bisa disimpulkan.
"Ada banyak tuduhan (siapa pelakunya) yang disampaikan kepada Sekretaris Jenderal PBB sejak (perang) meletus Maret dua tahun silam," kata Sellsrom kepada AFP. Dia menambahkan, "Ada 13 atau 14 tuduhan, semuanya perlu diinvestigasi."
Sellstrom bersama tim yang dipimpinnya berharap bisa menghadirkan laporan final terkait dengan seluruh tuduhan. "Kemungkinan (laporan itu) akan diperoleh ada akhir Oktober 2013."
Serangan yang berlangsung pada Rabu, 21 Agustus 2013, di pinggiran Damaskus, menurut kelompok oposisi dan komunitas internasional dilakuka n oleh rezim sehinggag Washington mengancam melakukan serangan militer melawan Damaskus.
Sebaliknya, Pemerintahan Suriah menolak tuduhan bahwa rezimnya menggunakan senjata kimia terhadap raknya sendiri dan bersepakat atas hasil pertemuan AS-Rusia di Jenewa yang menyebutkan bahwa Suriah akan menyerahkan seluruh senjata kimianya dengan pengawasan lembaga inernasional.