Presiden baru Iran, Hasan Rouhani melambaikan tangan setelah upacara pengambilan sumpah di gedung parlemen, di Teheran, Iran, Minggu (4/8). Rouhani menyerukan kepada negara Barat untuk menghilangkan sanksi kepada negaranya atas program nuklir yang kontroversial, untuk meringankan beban ekonomi warga Iran. AP/Ebrahim Noroozi
TEMPO.CO, New York - Presiden baru Iran, Hassan Rouhani, menyatakan harapannya Presiden Amerika Serikat Barack Obama tidak akan terpengaruh oleh kelompok penekan dalam menangani masalah sengketa nuklir Iran. Berbicara dalam pidato di Majelis Umum PBB, Selasa waktu setempat, Rouhani menyatakan siap berunding dan mengurangi ketegangan antara kedua negara.
"Saya mendengarkan dengan seksama pernyataan Presiden Obama hari ini di Majelis Umum. Sejalan dengan kemauan politik dari pimpinan di Amerika Serikat dan berharap mereka menahan diri dari bisikan para penghasut perang. Sehingga, kita lebih tenang untuk mengelola perbedaan-perbedaan," kata Rouhani.
Rouhani sempat menyinggung beratnya sanksi ekonomi yang diberikan AS, Uni Eropa dan PBB atas tuduhan pengayaan nuklir dan intervensi di Timur Tengah. Dia juga menegaskan Iran tidak pernah memiliki ambisi untuk memiliki senjata nuklir. "Senjata nuklir dan senjata pemusnah massal itu bertentangan dengan keyakinan agama dan etika fundamental," kata yang menjabat Presiden sejak Agustus lalu.
Pidato Rouhani lebih lunak dibanding sikap Presiden Iran sebelumnya, Mahmoud Ahmadinejad pada pertemuan yang sama. Ahmadinejad selalu menyebut sikap AS menentang kebijakan nuklir Iran adalah sebuah kejahatan. Apalagi, rakyat Iran telah menjadi korban akibat embargo ekonomi. Dia juga mengutuk penggunaan pesawat tanpa awal oleh Amerika Serikat di Timur Tengah.
Rouhani sempat dijadwalkan bertemu dengan Obama di sela-sela Sidang Umum PBB. Namun, seorang pejabat senior menyatakan pertemuan itu batal digelar karena Iran dinilai masih terlalu keras terhadap kebijakan AS.