Pasang Surut Hubungan Amerika Serikat dan Iran  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Selasa, 24 September 2013 14:35 WIB

Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad di fasilitas pengayaan bahan bakar nuklir Natanz, milik Iran. csmonitor.com

TEMPO.CO, Tehran - Presiden Amerika Serikat Barack Obama dan Presiden Iran Hassan Rouhani rencananya akan menghadiri pertemuan Majelis Umum PBB di New York, AS, Selasa 24 September 2013. Ada kemungkinan keduanya akan bertemu dan itu akan menjadi pertemuan pertama dua kepala negara setelah lebih dari tiga dekade hubungan tegang dua negara.

Perbedaan pendapat dua negara ini sangat banyak, tapi tawaran terbaru Rouhani telah meningkatkan harapan akan mencairnya hubungan kedua negara. Di bawah ini adalah sejumlah hal yang membuat hubungan dua negara tegang dalam jangka waktu lama.

Kudeta Didukung CIA 1953
Setelah Perang Dunia II dan munculnya Perang Dingin membuat Iran menjadi fokus baru kebijakan AS. Washington menganggap negara itu sebagai benteng melawan ekspansi Uni Soviet (kini Rusia) dan menjadi sumber stabilitas di negara kaya minyak di Teluk Persia. AS memupuk hubungan persahabatan dengan Shah Mohammad Reza Pahlevi, penguasan Iran saat itu . Kemitraan ini terancam dengan penunjukan Perdana Menteri Mohamed Mossadegh tahun 1951, yang waktu itu menasionalisasi industri minyak Iran.Sebuah kudeta, yang didukung oleh dinas rahasia Amerika Serikat Central Intelligence Agency (CIA) terhadap Mossadegh, terjadi tahun 1953 dan berhasil. Syah kembali dari pengasingannya yang singkat dan kembali berkuasa di Iran.

Sekutu Selama Perang Dingin
Amerika Serikat menyediakan shah dengan ratusan juta dolar selama seperempat abad berikutnya. AS membantu membentuk badan intelijen Iran tahun 1957. Namun Warga Iran mengecam badan ini karena penindasannya. Ekspor minyak Iran meluas dan ekonomi tumbuh secara signifikan. Syah mengakui Israel dan menjadi tokoh dominan di Timur Tengah. Beberapa ketegangan dengan AS juga terjadi. Iran pernah menolak untuk membantu AS pada 1970 untuk menurunkan harga minyak. Menjelang akhir kekuasaannya Shah, AS mengkritik catatan hak asasi manusia pemerintahannya yang buruk dan penindasannya terhadap demokrasi. Namun, di depan umum AS membela Shah.

Revolusi Iran 1979
Frustrasi oleh monarki yang brutal, korupsi dan praktik otokrasi, dan ekonomi yang memburuk, warga Iran menggulingkan Shah pada tahun 1979. Ayatollah Ruhollah Khomeini kembali dari pengasingan, merebut kekuasaan dan menyatakan AS sebagai "Setan Besar" . Pada Oktober 1979, Presiden AS Jimmy Carter dengan enggan menyetujui Shah untuk untuk berobat kanker ke Amerika Serikat. Buntutnya, pada 4 November pada tahun yang sama, militan Iran menyerbu Kedubes AS di Teheran. Sebanyak 52 dua orang Amerika disandera selama 444 hari. Sebuah operasi penyelamatan yang dirancang Amerika, gagal. Washington membekukan miliaran dolar aset Iran yang disimpan di Amerika dan hubungan diplomatik keduanya pun berakhir. Shah akhrinya pergi ke Panama pada Desember 1979 dan meninggal di Mesir pada 27 Juli tahun 1980.


Selanjutnya: Perang Tak Langsung Dua Negara

<!--more-->



Perang Tak Langsung Dua Negara


Saddam Hussein menginvasi Iran pada tahun 1980, dan Amerika Serikat memberinya dukungan. Sekitar 1,5 juta orang tewas selama perang delapan tahun. Saddam bahkan menggunakan senjata kimia dalam perang itu.

Pemerintah Iran membunuh ribuan lawan politik di dalam negeri dan beberapa tokoh tingkat tinggi di luar negeri. Iran juga terlibat dalam perang saudara di Libanon, memberikan dukungan kepada Hizbullah. Kelompok militan Syiah juga disalahkan AS atas pemboman tahun 1983 di Kedutaan Besar AS di Beirut dan barak Korps Marinir AS di Beirut. Dua bom ini menewaskan lebih dari 250 orang Amerika.

Iran juga menempatkan ranjau bawah air di Teluk Persia strategis. AS meresponnya pada tahun 1987 dan 1988 dengan menargetkan instalasi minyak Iran, yang dibalas Iran dengan serangan speedboat. Jet tempur keduanya terlibat tembak menembak dan kedua negara dan berada di ujung perang secara langsung. Pada bulan 3 Juli 1988, AS keliru menembak jet penumpang Iran yang terbang di atas Selat Hormuz, menewaskan 290 orang, termasuk lebih dari 60 anak .

Pada Agustus 1988, Iran dan Irak menyetujui gencatan senjata.

Skandal Iran-Contra
Di tengah perang sengit AS-Iran, Gedung Putih diam-diam menjual senjata ke Iran dan menggunakan hasilnya untuk membiayai perang rahasia di Amerika Tengah. Soal ini terbuka pada tahun 1986, dan skandal ini melumpuhkan dua tahun terakhir kepresidenan Ronald Reagan.

Ekspor Terorisme
Sepanjang tahun 1990-an, AS menuduh Iran mensponsori aksi terorisme di seluruh dunia. Iran dan organisasi dukungannya, Hizbullah, disalahkan atas serangan tahun 1992 terhadap Kedutaan Besar Israel di Buenos Aires, Argentina, yang menewaskan 29 orang, dan serangan terhadap sebuah pusat komunitas Yahudi di sana dua tahun kemudian yang membunuh 85 orang. AS dan Israel mengatakan Iran memberikan dukungan penting bagi puluhan serangan bunuh diri Hamas dan pemboman lainnya. Presiden Bill Clinton memaksakan sanksi luas terhadap minyak dan perdagangan Iran pada tahun 1995.

Dialog Antar-Peradaban
Pemilu Iran tahun 1997 menetapkan tokoh reformis Mohammad Khatami sebagai presiden Iran. Khatami menawarkan harapan untuk pencairan hubungan dengan AS dan negara Barat. Khatami mempromosikan "dialog antar-peradaban" dan mengulurkan tangan untuk para pemimpin Barat. Amerika Serikat mengangkat beberapa sanksi terhadap Iran.

Pasca Serangan 9/11
Kerjasama terbatas AS-Iran berlanjut setelah Al-Qaeda menyerang Amerika Serikat pada 11 September 2001 yang menewaskan sekitar 3.000 orang. Para pejabat dari kedua belah pihak berkoordinasi sebelum AS menyerang Afganistan pada tahun itu untuk menggulingkan Taliban. Beberapa bulan kemudian, Presiden George W. Bush memancing kemarahan Iran karena memasukkannya bersama Irak dan Korea Utara sebagai "poros kejahatan". Pemerintah Washington juga merilis informasi tentang program nuklir Iran dan menampik tawaran Khatami untuk menormalkan hubungan dua negara. Setelah mendepak Saddam Hussein pada tahun 2003 dan menduduki Irak, AS menuduh Iran menyediakan militan Syiah dengan senjata canggih untuk membunuh tentara Amerika.

Selanjutnya: Periode Ahmadinejad

<!--more-->

Periode Ahmadinejad
Terpilihnya Mahmoud Ahmadinejad menjadi presiden Iran pada tahun 2005 memperlemah upaya pemulihan hubungan kedua negara. Ahmadinejad menyerukan penghapusan Israel dari peta dunia dan menyatakan Holocaust (pembunuhan orang Yahudi oleh pemerintahan Nazi, Jerman) sebagai mitos. Dia mengirimkan surat kepada Bush sebanyak 18 halaman yang mengkritik respon AS terhadap serangan 9/11. Dengan Irak dalam keadaan kacau, para pejabat AS akhirnya meminta bantuan tetangga Iran lainnya untuk membendung aksi kekerasan di Irak. Seperti Amerika ternyata semakin anti-perang, Bush dan penasihatnya memperkecil berbicara tentang perang dan mulai ikut dalam perundingan nuklir antara negara-negara besar dunia dengan Iran.

Pada saat yang sama, AS menggalang kekuatan internasional untuk menghentikan kegiatan nuklir Iran. Upaya diplomatik AS itu menghasilkan tiga sanksi PBB antara tahun 2006 dan 2008 menuntut Tehran menghentikan pengayaan uranium dan ekspor senjatanya. PBB juga membuat pembatasan perbankan, perdagangan dan perjalanan ke Iran. Pemerintah Tehran menyatakan tidak akan memperlambat program mereka dan bersikeras bahwa itu ditujukan untuk produksi energi damai.

Politik Keterlibatan Obama
Barack Obama berkantor di Gedung Putih tahun 2009 dan meningkatkan kemungkinan untuk duduk di meja perundingan dengan para pemimpin Iran tanpa prasyarat. Keterlibatan AS ini menjadi sulit setelah Ahmadinejad menang untuk periode kedua, yang hasil pemilihannya sempat dipersoalkan. Di sela-sela pembicaraan nuklir pada bulan Oktober 2009, seorang pejabat senior AS bertemu secara pribadi dengan perunding Iran untuk beberapa pembicaraan bilateral yang paling luas dalam beberapa dekade. Namun Iran keluar dari kesepakatan itu.

Sanksi AS dan PBB ke Iran
Babak keempat sanksi PBB terhadap Iran lolos tahun 2010. Sementara itu, AS dan Israel diam-diam bekerja sama untuk menyabotase program nuklir Iran. Israel diduga melakukan sabotase ini dengan cara membunuh sejumlah ilmuwan nuklir Iran, selain menyerang instalasi nuklir Iran dengan senjata cyber bernama Stuxnet. Senjata cyber ini merupakan hasil kerjasama Israel dan Amerika Serikat.

Setelah perang sipil Suriah meletus pada tahun 2011, Iran secara aktif mendukung Presiden Suriah Bashar Assad sementara AS mendukung kelompok pemberontak. Obama menghadapi tekanan di rumah dan di luar negeri atas program nuklir Iran. Dia juga didesak oleh sikap Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang mengancam akan melakukan intervensi militer terhadap Iran. Namun Obama mengatakan semua opsi militer AS tetap berada di atas meja. Dengan strategi diplomasi yang gagal, Obama berfokus pada sanksi internasional yang diharapkan melumpuhkan Iran. Beberapa putaran pembicaraan nuklir sempat berlangsung, tapi tidak ada kemajuan. Selama kampanye pemilihan kembali, Obama menjanjikan untuk mencegah Iran membangun senjata nuklir.

Harapan Baru terhadap Hassan Rouhani
Menjanjikan arah baru yang lebih moderat, Hassan Rouhani menjadi presiden baru Iran pada Agustus 2013. Dia bertukar surat dengan Obama, dan ini meningkatkan harapan untuk adanya terobosan soal pembicaraan nuklir Iran. Rouhani membuat serangkaian pernyataan di depan publik yang menunjukkan sinyal fleksibilitas baru dalam pembicaraan dengan negara Barat.

ABC News | Abdul Manan

Advertising
Advertising

Berita terkait

Iran Klaim Bomnya Lebih Berbahaya daripada Ibu Semua Bom Amerika

15 Oktober 2017

Iran Klaim Bomnya Lebih Berbahaya daripada Ibu Semua Bom Amerika

Iran megklaim memiliki Ayah Semua Bom yang lebih besar dan lebih berbahaya dibanding dengan bom milik Amerika, Ibu Semua Bom.

Baca Selengkapnya

Eks Presiden Iran, Khatami Dilarang Tampil di Depan Publik

10 Oktober 2017

Eks Presiden Iran, Khatami Dilarang Tampil di Depan Publik

Iran Human Rights melaporkan aparat Iran yang melarang mantan Presiden Muhammad Khatami tampil di depan publik selama tiga bulan .

Baca Selengkapnya

Tolak Berjilbab, Juara Catur Iran Pindah ke Tim Amerika

4 Oktober 2017

Tolak Berjilbab, Juara Catur Iran Pindah ke Tim Amerika

Juara catur Iran, Dorsa Derakhshani bergabung dengan Federasi Catur Amerika Serikat karena menolak mengenalkan jilbab.

Baca Selengkapnya

Iran Pro-Milisi Houthi Minta Saudi Berhenti Dukung Teroris Yaman

30 Agustus 2017

Iran Pro-Milisi Houthi Minta Saudi Berhenti Dukung Teroris Yaman

Iran, pendukung milisi Syiah, Houthi, menuding Arab Saudi mendukung kelompok teroris dalam perang di Yaman.

Baca Selengkapnya

Apple Hapus Aplikasi Mobile Iran dari App Store

27 Agustus 2017

Apple Hapus Aplikasi Mobile Iran dari App Store

Menteri Telekomunikasi Mohammad Javad Azari Jahromi mengatakan bahwa Apple harus menghormati konsumen Iran.

Baca Selengkapnya

Parlemen Iran Setuju Tambah Anggaran Program Nuklir

16 Agustus 2017

Parlemen Iran Setuju Tambah Anggaran Program Nuklir

Parlemen Iran menyetujui penambahan anggaran negara usulan pemerintah untuk meningkatkan program rudal nuklir.

Baca Selengkapnya

Iran Tangkap 64 Pemuda yang Berpesta Setengah Telanjang

10 Agustus 2017

Iran Tangkap 64 Pemuda yang Berpesta Setengah Telanjang

Aparat Iran menangkap peserta pesta setelah mereka mengunggah video acara tersebut ke sosial media

Baca Selengkapnya

Ajarkan Tari Zumba, Enam Remaja Ditangkap Aparat Iran

10 Agustus 2017

Ajarkan Tari Zumba, Enam Remaja Ditangkap Aparat Iran

Perempuan Iran dilarang menari di hadapan pria yang bukan keluarganya

Baca Selengkapnya

Dituduh Dalangi Teror, 15 Diplomat Iran Diusir dari Kuwait

21 Juli 2017

Dituduh Dalangi Teror, 15 Diplomat Iran Diusir dari Kuwait

Pemerintah Kuwait secara resmi telah menutup misi diplomatik Iran untuk urusan budaya serta mengusir 15 diplomat dari negara itu.

Baca Selengkapnya

Dituduh Korupsi, Adik Presiden Iran Hassan Rouhani Ditahan

17 Juli 2017

Dituduh Korupsi, Adik Presiden Iran Hassan Rouhani Ditahan

Hossein Fereydoun, adik Presiden Iran Hassan Rouhani, ditahan atas tuduhan korupsi.

Baca Selengkapnya