TEMPO.CO, Yerusalem - Gempuran militer Amerika Serikat ke Suriah sangat memungkinkan, demikian keterangan Menteri Luar Negeri John Kerry, Ahad, 15 September 2013. Keterangan tersebut disampaikan sehari setelah ada kesepakatan dengan Rusia yang menyepakati penghancuran senjata kimia Suriah.
"Ancaman serangan militer (ke Suriah) masih memungkinan," kata Kerry dalam acara jumpa pers di Yerusalem bersama Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, Ahad, 15 September 2013. Kerry melanjutkan, "Kami tak bisa bermain dengan kata-kata kosong dalam urusan internasional."
"Ada fakta di sana bahwa telah terjadi penggunaan senjata pemusnah massal terhadap rakyat di negeri mereka sendiri. Ini adalah kejahatan kemanusiaan dan mereka tak bisa ditoleransi," ujar Kerry.
Dalam butir-butir kesepakatan antara Rusia dengan Amerika Serikat menyusul pertemuan di Jenewa, Swiss, Sabtu, 14 September 2013, dinyatakan bahwa rezim Presiden Suriah Bashar al-Assad bersedia menyerahkan berbagai informasi mengenai jumlah dan lokasi seluruh senjata kimia yang dimiliki dengan jangka waktu seminggu.
Selanjutnya, seluruh timbunan senjata kimia tersebut diawasi oleh lembaga internasional dan dihacurkan pada pertengahan 2014. Kesepakatan ini mendapatkan dukungan dari Cina, salah satu anggota Dewan Keamanan PBB yang memiliki hak veto.
Dengan demikiana kesepakatan tersebut membatalkan rencana AS dan sekutunya melakukan gempuran militer ke Suriah. Kerry menerangkan, pertemuan Jenewa adalah saling memahami kerangka kerja, bukan kesepakatan akhir, tapi memiliki kekuatan penuh untuk melucuti seluruh senjata kimia Suriah.
Menanggapi pernyataan tamunya, Perdana Menteri Israel Netanyahu mengatakan, melucuti seluruh cadangan senjata kimia Suriah akan membuat kawasan (Timur Tengah) jauh lebih aman. "Dunia perlu memastikan bahwa rezim radikal tidak memiliki senjata pemusnah massal karena jika rezim Suriah nakal dan memiliki senjata pemusnah massal, mereka akan menggunakannya," ucap Netanyahu.