Efek Misha kepada Dua Pelaku Bom Boston  

Reporter

Editor

Abdul Manan

Jumat, 26 April 2013 08:42 WIB

Dzhokhar Tsarnaev memperoleh green card pada tahun 2007, dan mendapat kewarganegaraan Amerika Serikat pada 11 September 2012. REUTERS/Alexander Demianchuk

TEMPO.CO, Washington - Dzhokhar Tsarnaev, 19 tahun, akan menghadapi dakwaan atas pengeboman Boston, 15 April 2013, sendirian. Ia yang kini masih terbaring di rumah sakit kemungkinan akan diancam dengan hukuman mati. Partner in crime-nya, Tamerlan Tsarnaev, tewas dalam kontak senjata dengan polisi empat hari setelah pengeboman yang menewaskan tiga orang dan melukai lebih dari 264 lainnya.

Sejumlah keterangan menyebutkan, aksi Dzhokhar karena pengaruh Tamerlan, kakaknya. Karena Biro Penyidik Federal (FBI) tak menemukan ada indikasi kedekatan keduanya dengan organisasi teroris, asal mula radikalisme Tamerlan menjadi tanda tanya. Keluarga dan teman dekat Tamarlen menyebut Misha-lah yang menyebabkan Tamerlan mengubah cara pandangnya terhadap dunia.

Setelah berteman dengan Misha, pemuda yang apatis terhadap agama ini menjadi penganut Islam yang taat serta meningalkan dua hobinya: tinju dan musik. "Entah bagaimana dia menguasai otaknya," kata Ruslan Tsarni, paman Tamerlan.

Elmirza Khozhugov, 26 tahun, menguatkan kesaksian Tsarni. Khozhugov adalah mantan suami Ailina, adik Tamerlan, yang kini tinggal di Almaty, Kazakstan. Ia mengaku kaget saat Tamerlan disebut sebagai tersangka utama. "Tapi, setelah beberapa jam berpikir, saya kira mungkin dia melakukannya."

Tamerlan bersaudara beremigrasi pada 2002 atau 2003 dari Dagestan, sebuah republik Rusia yang menjadi pusat pemberontakan Islam, ke Amerika. Mereka dibesarkan dalam sebuah keluarga yang mengikuti paham Sunni, kelompok terbesar dalam Islam. Kata Khozhugov, mereka tak rutin ke masjid dan jarang diskusi soal agama.

Sampai akhirnya, tahun 2008 atau 2009, Tamerlan bertemu Misha, pria yang sedikit lebih tua, botak, dengan janggut panjang kemerahan. Khozhugov percaya mereka kerap sama-sama pergi ke masjid di Boston. Misha adalah asli Armenia dan beralih ke Islam.

Pada suatu kesempatan, kata Khozhugov, Misha datang ke rumah keluarga Tamerlan di luar Boston. Ia duduk di dapur, mengobrol dengan Tamerlan selama berjam-jam. "Misha mengatakan kepadanya apa itu Islam, apa yang baik dalam Islam, apa yang dianggap buruk oleh Islam," kata Khozhugov, yang hadir saat percakapan itu.

Percakapan berlanjut hingga tengah malam sampai ayah Tamerlan, Anzor, pulang kerja. "Mengapa Misha sampai tengah malam masih di rumah ini," kata Anzor. Karena asyik mengobrol, Tamerlan tak mendengarkan pertanyaan itu. Zubeidat, ibu Tamerlan, minta suaminya tak khawatir. "Mereka berbicara tentang agama dan hal-hal baik."

Seiring berjalannya waktu, Tamerlan dan ayahnya kerap berdebat. "Ketika Misha akan mulai berbicara, Tamerlan akan berhenti berbicara dan mendengarkan. Itu membuat ayahnya marah karena Tamerlan tidak mendengarkan ayahnya seperti itu," kata Khozhugov. Anzor menelepon saudaranya dan mengaku khawatir tentang efek Misha terhadap anaknya.

Kata pejabat Amerika Serikat, Tsarnaev juga menjadi pembaca setia situs jihad dan propaganda ekstremis. Dia membaca majalah Inspire, media online berbahasa Inggris milik afiliasi al-Qaeda di Yaman.

Tamerlan sebenarnya mencintai musik. Beberapa tahun lalu, ia mengirim lagu yang disusunnya dalam bahasa Inggris dan Rusia kepada Khozhugov. Dia juga mengatakan akan mulai sekolah musik. Enam minggu kemudian, Khozhugov menelepon dan menanyakan sekolah musiknya itu.

"Aku berhenti," kata Tamerlan.
"Mengapa berhenti?" tanya Khozhugov. "Kau baru saja mulai."
"Musik tidak benar-benar didukung dalam Islam," jawabnya.
"Siapa yang bilang begitu?"
"Misha."

Selain meninggalkan hobi musiknya, Tamerlan menaruh minat pada Infowars, situs yang mengulas teori konspirasi. Tamerlan juga tertarik saat menemukan salinan buku The Protocols of the Elders of Zion, yang pertama kali diterbitkan di Rusia tahun 1903 dan menyebut bahwa Yahudi memiliki plot untuk mengambil alih dunia.

"Dia tidak pernah mengatakan membenci Amerika atau Yahudi," kata Khozhugov. "Tapi dia cukup agresif atas kebijakan Amerika Serikat terhadap negara dengan populasi muslim. Dia tidak menyukai perang."

Salah seorang tetangga saudaranya, Albrecht Ammon, mengingat sebuah pertemuan di mana Tamerlan berdebat tentang kebijakan luar negeri Amerika, perang di Afganistan dan Irak, serta masalah agama.

Versi Misha mengenai hal ini belum bisa diperoleh. Associated Press beberapa hari ini berupaya untuk mengidentifikasi dan mewawancarainya, tapi tak berhasil.

Soal pengaruh Tamerlan terhadap Dzhokhar tak diragukan lagi. "Mereka semua mencintai Tamerlan. Di tertua dan dia, dalam banyak hal, adalah panutan bagi saudara-saudaranya," kata Khozhugov. Ia yakin Dzhokhar mencintainya dan akan melakukan apa pun yang dikatakannya.

ASSOCIATED PRESS | REUTERS | ABDUL MANAN

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya