TEMPO.CO, Den Haag - Sebuah pengadilan di Belanda menghukum seorang diplomat dengan 12 tahun penjara karena menjadi mata-mata Rusia. Menurut situs intelNews.org, sejumlah pengamat intelijen menyebut ini menjadi salah satu skandal spionase terburuk dalam sejarah Belanda belakangan ini.
Raymond Poeteray, yang telah bekerja untuk Departemen Luar Negeri Belanda sejak 1978, dinyatakan bersalah dalam sidang di Den Haag, Selasa, 23 April 2013, karena menjadi mata-mata Dinas Intelijen Asing Rusia (SVR).
Poeteray ditangkap Juni 2012 di Bandara Internasional Schiphol Amsterdam, menyusul penyelidikan ekstensif oleh badan kontra-intelijen Jerman. Diplomat itu ditangkap saat ia naik pesawat ke Wina, Austria, dalam bagian dari rencana perjalanannya ke Bangkok, Thailand.
Jaksa Pemerintah Belanda mengatakan dalam persidangan bahwa Poeteray mengatur pertemuan dengan pengendali (handler) Rusia-nya di Bangkok dan akan memberi mereka tiga drive USB yang sarat dengan informasi rahasia. Tiga USB itu ditemukan di tas miliknya setelah penangkapannya di Bandara Schiphol.
Panel tiga hakim yang memvonis Poeteray mengatakan, ia telah memata-matai Belanda "selama bertahun-tahun saat mendapat tugas dari Badan Intelijen Luar Negeri Rusia", dengan arah di mana ia telah merusak kepentingan dalam negeri Belanda secara "substansial".
Kantor Kejaksaan Belanda mengatakan, Poeteray telah memberi Moskow sejumlah informasi sensitif, termasuk intelijen militer dan politik di Uni Eropa, termasuk bahan dari dalam Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO), serta dokumen milik Kementerian Luar Negeri Belanda.
Pengadilan juga mendengar bahwa dalam beberapa tahun terakhir diplomat itu telah memberikan informasi kepada SVR tentang keterlibatan Belanda dalam Perang Sipil Libya, data rahasia dari misi pencarian fakta yang disponsori Uni-Eropa ke Republik Georgia, serta intelijen operasi penjaga perdamaian Belanda di Afganistan, Kosovo, dan di tempat lain.
Lebih penting lagi, kata majelis hakim, Poeteray telah memberikan "informasi pribadi yang sangat personal dan rahasia tentang tujuh temannya". Tapi tak disebutkan apakah teman yang dimaksudnya itu diplomat Barat, petugas intelijen, atau mata-mata.
Pengadilan juga mendengar bahwa antara tahun 2009 dan 2011 saja, Poeteray dibayar oleh Rusia hampir US$ 100.000 secara tunai sebagai imbalan atas jasanya. Kejaksaan Belanda, yang meminta hukuman 15 tahun penjara terhadapnya, berpendapat bahwa Poeteray telah "bertindak murni dalam mengejar keuntungan, untuk melunasi utang, dan menjadikannya memiliki gaya hidup tertentu".
Tim pembela Poeteray memiliki waktu dua minggu untuk memutuskan apakah akan mengajukan banding atas putusan majelis hakim ini.
intelNews.org | Abdul Manan
Berita terkait
Ada Ancaman Teror, Konser Band Allah-Lass di Rotterdam Dibatalkan
24 Agustus 2017
Konser band rock Allah-Lass di Rotterdam, Belanda batal setelah ada laporan ancaman teror dari kepolisian Spanyol
Baca SelengkapnyaMobil Tabrak Pejalan Kaki di Stasiun Amsterdam, Dua Orang Kritis
11 Juni 2017
Sebuah mobil menabrak delapan pejalan kaki di siatsiun kereta utama Amsterdam, Belanda
Baca SelengkapnyaRaja Belanda 21 Tahun Kopilot Pesawat, Penumpang Tak Pernah Kenal
18 Mei 2017
Raja Belanda, Willem-Alexander ternyata sudah 21 tahun menjadi kopilot pesawat komersial, serunya penumpang pesawat tak mengenalinya.
Baca SelengkapnyaPartai Anti-Islam Belanda Ingin Berkoalisi dengan Pemenang Pemilu
17 Maret 2017
Politisi anti-Muslim sekaligus pemimpin Partai Kebebasan Belanda, Geert Wilders siap masuk pemerintahan baru yang dipimpin Mark Rutte.
Baca SelengkapnyaBuntut Perseteruan, Turki Kembalikan 40 Sapi ke Belanda
16 Maret 2017
Ketua Asosiasi Produsen-Produsen Daging Merah Turki, Bulent Tunc mengatakan bahwa pihaknya siap mengirim kembali sekitar 40 ekor sapi ke Belanda.
Baca SelengkapnyaMenang Pemilu, Rutte Berkoalisi Susun Pemerintahan Baru Belanda
16 Maret 2017
Mark Rutte, pemenang pemilu Belanda, diperkirakan akan berkoalisi dengan Partai Demokrat dan D66 dalam membentuk pemerintahan.
Baca SelengkapnyaDi Kampung Halaman, Pemimpin Anti-Islam Belanda Ini Tak Disukai
16 Maret 2017
Warga Venlo berharap pemimpin anti-Islam Belanda, Geert Wilders, tak terpilih menjadi perdana menteri.
Baca SelengkapnyaGeert Wilder Akui Kalah dan Ucapkan Selamat ke PM Rutte
16 Maret 2017
Wilders menjanjikan akan menjadi oposisi yang tegas dan kritis jika partainya tidak diajak berkoalisi.
Wilders Kalah di Pemilu, Rutte: Stop untuk Populisme yang Salah
16 Maret 2017
Perdana Menteri Mark Rutte menegaskan Belanda ingin tetap sebagai negara yang aman, stabil dan makmur.
Baca SelengkapnyaUnggul atas Wilders, Partai Mark Rutte Menang di Pemilu Belanda
16 Maret 2017
Partai Mark Rutte menang dengan 31 kursi, unggul atas partai pimpinan Geert Wilders yang dapat 19 kursi.
Baca Selengkapnya