TEMPO.CO, Karakas - Pemerintah Venezuela menutup saluran komunikasi informal dengan Amerika Serikat. Menteri Luar Negeri Elias Jaua, Rabu 20 Maret 2013, mengatakan penutupan ini dilakukan setelah pejabat luar negeri AS memberikan komentar soal pemilihan Presiden Venezuela bulan mendatang.
Negara anggota OPEC ini menjalin kontak terakhir pada tahun lalu dengan Roberta Jacobson, diplomat senior AS untuk Amerika Latin. Kontak itu untuk meningkatkan hubungan bilateral kedua negara yang mengalami ketegangan selama bertahun-tahun.
Namun, kata Jaua, upaya itu kini dihentikan setelah Jacobson memberikan pernyataan terbaru tentang pemilu 14 April untuk mencari pengganti mendiang Presiden Hugo Chavez.
"Dengan komentar Jacobson terbaru, kita telah menyadari bahwa hal itu tidak masuk akal untuk terus membuang-buang waktu (mencoba meningkatkan hubungan)," kata Jaua saat upacara untuk menghormati dua diplomat Venezuela yang diusir dari Washington.
Jaua merujuk ke segmen wawancara Jacobson dengan surat kabar Spanyol El Pais pekan lalu. Dalam wawancara itu, Jacobson mengatakan: "Siapa saja bisa menang. Capriles bisa menjadi presiden yang baik, tapi kami tidak punya (calon) favorit," kata dia.
Henrique Capriles adalah tokoh yang diusung oposisi untuk menghadapi Nicholas Maduro, pejabat presiden Venezuela yang diusulkan menjadi presiden dari partai Chavez, Partai Sosialis Bersatu Venezuela.
Hubungan antara Washington dan Karakas tegang selama 14 tahun pemerintahan Chavez oleh perang kata-kata, saling mengusir diplomat, dan benturan "ideologis" atas sejumlah soal seperti perdagangan bebas hingga perang terhadap narkoba.
Nicolas Maduro, Ahad lalu, juga menuduh Kementerian Pertahanan Amerika Serikat dan Dinas Rahasia AS CIA merencanakan untuk membunuh Capriles, saingannya, sebagai upaya untuk memicu kudeta menjelang pemilu. Amerika Serikat membantah tuduhan itu.
Pada hari kematian Chavez, 5 Maret 2013, Venezuela mengusir dua diplomat AS atas tuduhan mencoba bersekongkol dengan militer Venezuela. Washington membalasnya dengan pengusiran serupa.
Reuters | Abdul Manan
Berita terkait
Amerika Serikat Mengutuk Serangan Berdarah ke Parlemen Venezuela
6 Juli 2017
Pemerintah Venezuela harus secepatnya melindungi anggota parlemen dan memberikan pengobatan terhadap korban serangan yang mengalami luka-luka
Buronan, Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Muncul di Youtube
5 Juli 2017
Polisi Venezuela yang buron setelah mencuri helikopter untuk melemparkan granat ke Mahkamah Agung mendadak muncul di YouTube.
Baca SelengkapnyaPilot Helikopter Penyerang Mahkamah Agung Venezuela Diburu
29 Juni 2017
Pasukan khusus Venezuela memburu pilot helikopter Oscar Perez, 36 tahun, yang menyerang gedung Mahkamah Agung dengan granat.
Baca SelengkapnyaSiapa Pilot Penyerang Mahkamah Agung Venezuela?
28 Juni 2017
Polisi muda Venezuela muncul dalam rekaman video di Instagram menjelaskan alasan granat dilempar ke gedung Mahkmah Agung.
Baca SelengkapnyaKrisis Venezuela, Helikopter Lempar 4 Granat ke Mahkamah Agung
28 Juni 2017
Helikopter milik polisi Venezuela dipakai untuk melemparkan 4 granat ke gedung Mahkamah Agung dan menembaki gedung Kementerian Dalam Negeri.
Baca SelengkapnyaDilanda Krisis, Venezuela Naikkan Gaji PNS dan Tentara
2 Mei 2017
Ini adalah kenaikan gaji ketiga di Venezuela sepanjang 2017 dan ke-15 kalinya sejak Maduro berkuasa pada 2013.
Baca SelengkapnyaPresiden Maduro Disebut Diktator, Venezuela Pilih Keluar dari OAS
28 April 2017
Venezuela segera keluar dari organisasi negara-negara Amerika atau OAS setelah Presiden Nicolas Maduro dijuluki diktator.
Baca SelengkapnyaMenakjubkan, Bayi Keluar Sendiri Saat Ibu Jalani Operasi Caesar
25 April 2017
Rekaman memperlihatkan cara bayi keluar dari perut si ibu tanpa bantuan tim medis saat operasi caesar berlangsung.
Baca SelengkapnyaTiga Tewas dalam Unjuk Rasa Terbesar di Venezuela
20 April 2017
Sedikitnya tiga orang tewas dalam unjuk rasa di Venezuela yang menuntut Presiden Nicolas Maduro mundur dari jabatannya.
Baca SelengkapnyaKekurangan Obat, Presiden Venezuela Minta Bantuan PBB
25 Maret 2017
Federasi Farmasi Venezuela memperkirakan sekitar 85 persen obat tidak tersedia bagi warga Venezuela.
Baca Selengkapnya