Apa Kata Penggiat Hak Asasi tentang Bergoglio ?
Editor
Sita Planasari A
Kamis, 14 Maret 2013 16:33 WIB
TEMPO.CO, Buenos Aires — Jorge Mario Bergoglio, yang terpilih sebagai paus baru pada Kamis, 14 Maret 2013, dikenal sebagai sosok sederhana, pekerja keras, dan pelindung orang miskin.
Namun, Bergoglio tidak terlalu disukai kalangan penggiat hak asasi manusia Argentina. Sebagai bagian dari Gereja Katolik Argentina, pria berusia 76 tahun itu dinilai turut bersalah karena membiarkan kebiadaban junta militer menculik dan menewaskan ratusan ribu orang pada 1976-1983.
“Dalam konteks Perang Teror, Gereja Katolik melakukan kemunafikan, terutama Bergoglio,” kata Estela de la Cuadra. Ibu Estella merupakan salah satu pendiri kelompok Nenek Plaza de Mayo, kelompok masyarakat yang berjuang mencari anggota keluarga mereka yang hilang dalam periode kelam tersebut.
Bergoglio dua kali menolak saat dipanggil sebagai saksi dalam kasus penyiksaan dan pembunuhan di Sekolah Mekanik Angkatan Laut dan kasus pencurian bayi dari tahanan. Saat ia bersaksi pada 2010, para penggiat HAM kecewa karena menilai jawabannya sangat standar.
“Kesaksian Bergoglio menunjukkan bahwa pejabat Gereja Katolik mengetahui tindakan biadab diktator. Rezim brutal itu tidak dapat berjalan tanpa dukungan banyak pihak, termasuk Gereja Katolik,” tutur Myriam Bregman, pengacara HAM Argentina.
Tuduhan paling berat yang ditimpakan kepada Bergoglio adalah pengabaian atas penyiksaan terhadap dua pastur Ordo Jesuit, Orlando Yorio dan Francisco Jalics. Keduanya saat itu menjalankan pelayanan di kawasan kumuh Argentina. Keduanya kemudian diculik dan disiksa di Sekolah Mekanik Angkatan Laut—lokasi penyiksaan junta militer.
Dalam sidang, Bergoglio mengaku telah meminta kedua pastur untuk menghentikan pekerjaan mereka. Namun, Yorio sempat menuding Bergoglio bertanggung jawab atas kebrutalan tentara karena tidak mendukung kerja keduanya secara terbuka.
Yorio kini sudah meninggal. Sedangkan Jalics menolak membahas insiden ini sejak pindah ke sebuah biara di Jerman.
Namun, penulis biografi pria yang kini bergelar Paus Fransiskus I, Sergio Rubin, tetap membelanya. Menurut Rubin, tragedi Perang Teror bukanlah semata kesalahan Bergoglio. “Tragedi itu harus dibebankan kepada Gereja Katolik Argentina secara keseluruhan,” ucap Rubin dalam kesempatan terpisah.
Rubin yang juga wartawan harian Argentina, Clarin, mengatakan Bergoglio sebenarnya membantu kelompok oposisi yang sedang diburu rezim militer saat itu. Dalam buku biografi, The Jesuit, yang ditulis Rubin pada 2010, Bergoglio pernah memberikan paspornya kepada seorang pria yang tengah diburu pemerintah. Berkat bantuan pria keturunan Italia itu, sang pria berhasil lolos ke Brasil.
AP | DAILY MAIL | SITA PLANASARI AQUADINI
Berita Terkait:
115 Kardinal Ikuti Proses Pemilihan Paus Baru
Paus Francis Menelepon Benedictus Usai Terpilih
Alasan Jorge Bergoglio Pakai Nama Paus Francis
Ibu Kardinal Austria Tidak Ingin Anaknya Jadi Paus