Polisi Diraja Malaysia berjaga-jaga di Lahat Datu, Sabah, menyusul kontak senjata antara aparat dan penyusup.
TEMPO.CO, Sabah - Malaysia setidaknya mengerahkan dua pesawat tempur saat menggelar serangan udara guna menghalau kelompok bersenjata Kesultanan Sulu dari Filipina Selatan di Sabah, Malaysia, kemarin. Perdana Menteri Najib Razak mengatakan, pihaknya tak punya pilihan selain menggunakan kekuatan militer.
Kantor berita Malaysia, Bernama, menuliskan, jet tempur F-18 dan Hawk membombardir wilayah di Tanduo, tempat pendaratan 100-300 orang yang mengaku sebagai pendukung Sultan Jamalul Kiram III. “Sangat jelas jika penyusup ini tidak mau meninggalkan Sabah dengan damai,” kata Najib sembari menyebutkan bahwa dialog damai dengan para pendatang tidak membuahkan hasil. “Kami harus mengambil tindakan dalam rangka menjaga kebanggaan dan kedaulatan negara ini,” Najib menambahkan.
Otoritas Malaysia belum mengumumkan hasil serangan tersebut. Sejauh ini, kontak senjata terjadi dua kali, Jumat dan Sabtu lalu, dengan total korban 31 orang.
Juru bicara Kesultanan Sulu, Abraham Idjirani, mengklaim pasukannya selamat dari serangan udara. Idjirani menyebutkan, sekitar 200 pengikut Sultan Sulu sudah pergi dari lokasi yang menjadi sasaran serangan. "Pengeboman itu jauh dari lokasi persembunyian orang-orang kami,” kata Abraham Idjirani di Manila.
Sultan Sulu Jamalul Kiram III juga mengatakan, pasukannya tidak akan menyerah dan akan bertempur hingga orang terakhir. "Putra mahkota, pasukan kerajaan, dan para patriot yang mendarat di Sabah dengan sukarela akan berjuang hingga orang terakhir untuk memperjuangkan idealisme dan aspirasi mereka," kata Kiram.
Kelompok bersenjata yang tiba dengan kapal sekitar tiga minggu lalu dipimpin Raja Muda Agbimuddin Kiram, adik sultan. Mereka mengklaim wilayah tersebut sebagai bagian dari Kesultanan Sulu di Filipina. Malaysia menolak klaim mereka. Adapun pemerintah Filipina berulang kali meminta kelompok itu untuk meletakkan senjata dan kembali ke Filipina.
"Kami telah melakukan segala hal yang kami bisa untuk mencegah hal ini, tetapi pada akhirnya orang Kiram memilih jalan ini," kata Ricky Carandang, juru bicara Presiden Filipina Benigno Aquino. Kiram merujuk kepada nama keluarga Sultan Sulu.
Dalam akun Twitter-nya, mantan Wakil Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menulis "Harapan yang menggunung". Setelah melalui jalan panjang, akhirnya koalisi oposisi dideklarasikan secara resmi dengan logo bertulisan "HARAPAN", yang huruf "A" keempat berupa anak panah Arjuna- tokoh dalam kisah epik Mahabarata. Dengan pilihan ini, metamorfosis Pakatan Rakyat, partai oposisi Malaysia, membayangkan pemilihan umum yang akan datang sebagai arena perang melawan Karna, yakni Barisan Nasional- partai berkuasa sekarang.