AS Siap Gempur Balik Cina Terkait Serangan Cyber  

Reporter

Editor

S Tri P Bud

Rabu, 20 Februari 2013 08:19 WIB

Hacker

TEMPO.CO, Washington - Kerap menjadi sasaran serangan cyber yang diduga dilancarkan Cina membuat Amerika Serikat gerah. Menurut seorang pejabat negeri itu, Gedung Putih akan melakukan serangkaian aksi yang lebih agresif untuk menanggapi apa yang dikenal sebagai serangan cyber dan pencurian maya (cyber stealing) yang terkait dengan pemerintah Cina.

Rencana Gedung Putih ini datang setelah sebuah perusahaan keamanan cyber yang berbasis di Virginia merilis rincian sebuah unit militer rahasia Cina di Shanghai melancarkan serangan cyber selama bertahun-tahun terhadap perusahaan-perusahaan AS. Setelah melakukan analisis, sedikitnya 140 perusahaan AS terkena dampak serangan ini. Perusahaan itu, Mandiant, menyatakan mereka dapat menghubungkan serangan ini dengan salah satu unit dalam Tentara Pembebasan Rakyat Cina, Unit 61398. Ahli militer yakin unit ini merupakan bagian cyber dari militer Cina itu.

Laporan Mandiant, lengkap dengan rincian tiga peretasan besar dan foto-foto dari salah satu bangunan unit militer di Shanghai, meningkatkan tekanan pada AS untuk mengambil tindakan atas apa yang disebut sebagai kegiatan spionase maya yang dilakukan secara sistemis.

"Jika pemerintah Cina menerbangkan pesawat (tanpa izin) ke wilayah udara kita, pesawat kita akan mengantar mereka pergi. Jika itu terjadi dua kali, tiga atau empat, presiden akan mengangkat telepon dan akan ada ancaman pembalasan," kata mantan asisten direktur eksekutif FBI, Shawn Henry. "Hal ini terjadi ribuan kali sehari. Perlu ada beberapa definisi di mana garis merah dan apa dampak yang ditimbulkannya."

Henry, sekarang presiden perusahaan keamanan maya CrowdStrike, mengatakan bahwa daripada memberitahu perusahaan untuk meningkatkan keamanan cyber mereka, pemerintah perlu lebih fokus pada bagaimana untuk mencegah peretasan yang didukung negara.

Pemerintah Cina, sementara itu, telah membantah terlibat dalam serangan cyber yang terlacak oleh Mandiant. Sebaliknya, Kementerian Luar Negeri negeri itu mengatakan bahwa Cina adalah juga korban peretasan. Menurut juru bicara Departemen Luar Negeri Cina, Hong Lei, mengutip sebuah laporan agen di bawah Departemen Teknologi Informasi dan Industri yang mengatakan tahun 2012 peretas menggunakan virus dan software berbahaya lainnya untuk merebut kendali atas 1.400 komputer di Cina dan 38.000 website.

"Di antara serangan itu, terbanyak datang dari AS," kata Hong pada sebuah konferensi pers.

Ahli cybersecurity mengatakan pemerintah AS tidak melakukan serangan serupa atau mencuri data dari perusahaan China. Namun, mereka mengakui bahwa badan-badan intelijen secara rutin memata-matai negara-negara lain.

AP | TRIP B

Berita terkait

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

7 Februari 2021

Indonesia Sumbang 1,09 Persen Kasus Covid-19 Dunia

Indonesia saat ini menempati urutan ke-19 kasus sebaran Covid-19 dari 192 negara.

Baca Selengkapnya

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

6 Februari 2021

Orient Riwu Kore Mengaku Ikut Pilkada Sabu Raijua karena Amanat Orang Tua

Bupati Sabu Raijua terpilih, Orient Riwu Kore, mengungkapkan alasannya mengikuti pemilihan kepala daerah 2020

Baca Selengkapnya

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

4 Februari 2021

Tidak Lagi Jadi Presiden, Pemakzulan Donald Trump Tak Cukup Kuat

Tim pengacara Donald Trump berkeras Senat tak cukup kuat punya otoritas untuk memakzulkan Trump karena dia sudah meninggalkan jabatan itu.

Baca Selengkapnya

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

3 Februari 2021

Keluarga Korban Sriwijaya Air SJ 182 Diminta Tak Teken Release And Discharge

Pengacara keluarga korban Lion Air JT 610 meminta ahli waris korban Sriwijaya Air SJ 182 tidak meneken dokumen release and discharge atau R&D.

Baca Selengkapnya

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

3 Februari 2021

Krisis Semikonduktor, Senator Amerika Desak Gedung Putih Turun Tangan

Pada 2019 grup otomotif menyumbang sekitar sepersepuluh dari pasar semikonduktor senilai 429 miliar dolar Amerika Serikat.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

30 Januari 2021

Amerika Serikat Longgarkan Aturan soal Imigran Suriah

Imigran dari Suriah mendapat kelonggaran aturan sehingga mereka bisa tinggal di Amerika Serikat dengan aman sampai September 2022.

Baca Selengkapnya

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

30 Januari 2021

Tutorial Membuat Bom Ditemukan di Rumah Pelaku Kerusuhan US Capitol

Tutorial pembuatan bom ditemukan di rumah anggota kelompok ekstremis Proud Boys, Dominic Pezzola, yang didakwa terlibat dalam kerusuhan US Capitol

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

29 Januari 2021

Amerika Serikat Kecam Pembebasan Pembunuh Jurnalis Oleh Pakistan

Pemerintah Amerika Serikat mengecam pembebasan pembunuh jurnalis Wall Street, Journal Daniel Pearl, oleh Mahkamah Agung Pakistan.

Baca Selengkapnya

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

29 Januari 2021

Amerika Serikat Izinkan Pensiunan Dokter Lakukan Vaksinasi Covid-19

Pemerintah Amerika Serikat kini mengizinkan dokter dan perawat yang sudah pensiun untuk memberikan suntikan vaksin Covid-19

Baca Selengkapnya

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

27 Januari 2021

Jenderal Israel Minta Joe Biden Tidak Bawa AS Kembali Ke Perjanjian Nuklir Iran

Kepala Staf Pasukan Pertahanan Israel (IDF) Letnan Jenderal Aviv Kochavi mengatakan hal yang salah jika AS kembali ke perjanjian nuklir Iran

Baca Selengkapnya