TEMPO.CO, Kairo - Serangan seksual terhadap demonstran perempuan di Tahrir Square, Mesir, kembali marak. Organisasi yang melindungi aktivis perempuan dari serangan seksual, Operation Anti-Sexual Harassment/Assault (OpAntiSh), menyatakan mereka menerima 19 laporan serangan seksual yang dilakukan secara berkelompok, enam di antaranya mengakibatkan korbannya harus menjalani rawat inap.
Kasus terburuk, kata organisasi ini, adalah berupa mutilasi alat kelamin wanita dengan pisau.
OpAntiSh yakin bahwa serangan seksual itu sengaja dibuat oleh aparat dalam upaya untuk melemahkan demonstran yang berkemah untuk memprotes kegagalan Ikhwanul Muslimin memenuhi janji-janji revolusioner mereka. "Kami tidak punya bukti konkret hanya kesaksian dari korban, tapi kami tahu itu adalah taktik," kata juru bicara OpAntiSh. "Terjadi di waktu dan tempat yang sama, dengan menggunakan metode yang sama."
Menurut mereka, serangan seksual adalah penyakit di negeri ini yang didorong serta dimainkan oleh negara untuk mencegah perempuan dari kehidupan publik. Serangan seksual juga ditujukan sebagai bentuk "hukuman" bagi wanita yang berpartisipasi dalam aktivisme politik dan demonstrasi. Serangan terorganisir juga dilakukan di jalan-jalan Mesir.
Juru bicaraorganisasi ini juga menambahkan kesaksian para korban merujuk pada serangan terhadap aktivis perempuan pada tahun 2005, yang diyakini dilancarkan oleh polisi rahasia, yang populer dengan sebutan "Black Wednesday". "Tidak ada yang berubah sejak saat itu," katanya.
OpAntiSh didirikan pada bulan November 2012, bulan yang sama dengan saat seorang perempuan diperkosa dekat Tahir Square. Sebanyak 100 relawan pria dan wanita yang mendistribusikan selebaran di Tahir Square, mengingatkan kaum perempuan untuk waspada.
MAIL ONLINE | TRIP B
Berita terkait
Mesir Blokir Situs Human Right Watch karena Rilis Penyiksaan Bui
8 September 2017
Mesir memblokir situs Human Rights Watch sehari setelah organisasi tersebut merilis laporan tentang penyiksaan sistematis di penjara negara itu
Baca SelengkapnyaMesir Pulangkan 2 Mahasiswa Indonesia Setelah Ditahan Satu Bulan
31 Agustus 2017
Pada 30 Agustus 2017, Kedutaan Besar RI di Kairo menerima informasi dari kantor pusat Imigrasi Mesir bahwa pemerintah Mesir menyetujui pemulangan.
Baca SelengkapnyaPPMI: Mesir Tahan 2 Mahasiswa Asal Sumatera Barat
10 Agustus 2017
Presiden Persatuan Pelajar dan Mahasiswa Indonesia (PPMI) Mesir Pangeran Arsyad Ihsanul Haq mengatakan 2 mahasiswa Sumatera Barat ditahan polisi Mesir
Baca SelengkapnyaMesir Punya Pangkalan Militer Terbesar di Timur Tengah dan Afrika
24 Juli 2017
Pangkalan militer Mesir terbesar di Timur Tengah dan Afrika berlokasi di kota El Hammam, di sebelah barat Alexandria.
Baca SelengkapnyaBeri Anak Nama Asing, Orang Tua di Mesir Terancam Dibui
15 Juni 2017
Para orang tua di Mesir terancam dipenjara hingga enam bulan lamanya jika memberi nama asing atau Barat kepada bayi mereka.
Gerombolan Bertopeng Tembaki Bus Umat Kristen Koptik, 28 Tewas
27 Mei 2017
Gerombolan pria bersenjata, bertopeng, dan berseragam militer menyerang bus yang mengangkut umat Kristen Koptik Mesir, 23 orang tewas.
Baca SelengkapnyaTuduh Seorang Pendakwah Murtad, Rektor Al Azhar Dipecat
8 Mei 2017
Rektor Universitas Al-Azhar Ahmed Hosni Taha dipecat karena melabeli seorang pendakwah dengan istilah murtad
Baca SelengkapnyaMesir Membebaskan Pemimpin Ikhwanul Muslimin Hassan Malek
6 Mei 2017
Malek yang menjalani tahanan rumah sekjak Oktober 2015.
Baca SelengkapnyaMesir Menyambut Baik Zona Aman di Suriah Usulan Rusia
5 Mei 2017
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mendukung zona damai sebagaimana disampaikan Putin kepada Trump.
Baca SelengkapnyaSeniman Mesir Menulis Quran Terbesar di Dunia
4 Mei 2017
Saad Mohammed asal Mesir membutuhkan waktu tiga tahun untuk menulis Al Quran terbesar di dunia.
Baca Selengkapnya